IHSG Menguat 3,97 Persen di Tengah Ketidakpastian Tarif Impor AS
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat signifikan, ditandai dengan kenaikan 249,06 poin atau 3,97 persen, di tengah sikap wait and see pelaku pasar terhadap kebijakan tarif impor terbaru Amerika Serikat.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil ditutup menguat pada Senin sore, 3 Maret 2023. Penguatan ini terjadi di tengah sikap wait and see yang ditunjukkan pelaku pasar terhadap rencana pemberlakuan tarif impor baru oleh Amerika Serikat (AS). IHSG naik signifikan, yakni 249,06 poin atau 3,97 persen, dan berakhir di posisi 6.519,66. Kenaikan ini juga terlihat pada indeks LQ45 yang meningkat 34,14 poin atau 4,85 persen, mencapai posisi 737,77. Situasi ini menunjukkan adanya optimisme di pasar saham Indonesia, meskipun dibayangi ketidakpastian kebijakan ekonomi global.
Ketidakpastian tersebut terutama berasal dari rencana Presiden AS Donald Trump untuk menjatuhkan tarif impor terhadap sejumlah negara mitra dagang utama AS. Tim riset Phillips Sekuritas Indonesia dalam kajiannya menyebutkan bahwa pelaku pasar masih menantikan klarifikasi lebih lanjut mengenai rencana tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sentimen pasar sangat dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi AS, yang memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.
Situasi ini semakin kompleks dengan pernyataan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, kepada Fox News pada Minggu, 2 Maret 2023. Lutnick menyatakan bahwa tarif yang akan dijatuhkan terhadap Meksiko dan Kanada, yang direncanakan mulai berlaku pada Selasa, 4 Maret 2023, masih bersifat cair atau fluid. Artinya, besaran tarif tersebut masih mungkin berubah dan bisa lebih rendah dari usulan awal sebesar 25 persen. Sementara itu, tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap China telah ditetapkan, menambah ketidakpastian bagi pelaku pasar global.
Pergerakan IHSG Sepanjang Hari
IHSG dibuka dengan penguatan dan berhasil mempertahankan tren positif hingga penutupan sesi pertama. Penguatan ini berlanjut pada sesi kedua, sehingga IHSG berhasil ditutup di zona hijau. Sepuluh sektor mengalami penguatan, dengan sektor barang baku memimpin kenaikan sebesar 4,24 persen, diikuti sektor keuangan (3,83 persen) dan sektor infrastruktur (3,29 persen). Hanya sektor kesehatan yang mengalami penurunan, sebesar 0,03 persen.
Beberapa saham mencatat penguatan signifikan, antara lain XSSI, MPIX, INRU, PGUN, dan GPSO. Sebaliknya, saham-saham seperti LIVE, KOTA, KREN, SRAJ, dan DADA mengalami pelemahan. Pergerakan saham-saham ini mencerminkan sentimen pasar yang beragam terhadap berbagai sektor dan emiten di Bursa Efek Indonesia.
Total frekuensi perdagangan mencapai 1.301.000 kali transaksi, dengan volume perdagangan sebanyak 20,65 miliar lembar saham senilai Rp15,56 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 474 saham mengalami kenaikan, 180 saham mengalami penurunan, dan 301 saham stagnan.
Perbandingan dengan Bursa Saham Regional
Secara regional, bursa saham Asia menunjukkan kinerja yang beragam. Indeks Nikkei di Jepang menguat signifikan, sebesar 629,97 poin atau 1,70 persen, mencapai 37.785,47. Sebaliknya, indeks Shanghai di China melemah 3,97 poin atau 1,58 persen, berada di posisi 3.316,93. Indeks Kuala Lumpur di Malaysia juga mengalami penurunan sebesar 3,31 persen atau 0,21 poin, menjadi 1.571,39. Sementara itu, indeks Straits Times di Singapura menguat 13,22 poin atau 0,34 persen, mencapai 3.908,92.
Perbedaan kinerja bursa saham regional ini menunjukkan bahwa dampak kebijakan tarif impor AS bervariasi terhadap masing-masing negara dan pasar sahamnya. Hal ini menunjukkan kompleksitas dan ketidakpastian yang masih melingkupi pasar keuangan global.
Penguatan IHSG di tengah ketidakpastian global menunjukkan adanya optimisme di pasar domestik. Namun, pelaku pasar tetap perlu mencermati perkembangan kebijakan ekonomi AS dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.