Indonesia Tetap Kuat Hadapi Perang Dagang Global, Mentan Yakin!
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman optimis Indonesia mampu menghadapi perang dagang global berkat keunggulan komoditas pertanian seperti CPO dan strategi diversifikasi impor.
Makassar, 12 April 2024 - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan keyakinannya terhadap kekuatan Indonesia di tengah gejolak perang dagang global yang dipicu oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kenaikan tarif impor barang Indonesia ke AS sebesar 32 persen tidak menyurutkan optimisme Mentan. Ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang mampu menjadi penyangga perekonomian nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan Mentan Amran Sulaiman di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu lalu. Ia menekankan bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, khususnya di sektor pertanian. Keberadaan komoditas unggulan seperti CPO (Crude Palm Oil) menjadi salah satu senjata andalan Indonesia dalam menghadapi tekanan ekonomi global.
"Dengan kebijakan tarif (impor), kita Indonesia kuat, kita punya CPO. Kita punya segala macam, (impor) ke Amerika," ujar Mentan Amran Sulaiman dengan penuh keyakinan. Ia menjelaskan bahwa Indonesia mampu mengatasi dampak negatif perang dagang dengan strategi diversifikasi impor dan ekspor.
Strategi Jitu Hadapi Perang Dagang
Mentan Amran Sulaiman memaparkan beberapa strategi jitu yang diterapkan pemerintah untuk menghadapi dampak perang dagang. Salah satunya adalah menggeser sumber impor komoditas tertentu. "Gandum kita impor, karena kita tidak bisa produksi. Kita impor dari Amerika kurang lebih 10 juta ton, di sektor pertanian. Itu selesai. Kemudian, kedua adalah kita ekspor CPO 1,7 juta ton ke Amerika, dan ke seluruh dunia itu 26 juta ton. Kalau dikatakan ini berkurang, langsung kita jadikan 'buyer food'," jelasnya.
Selain itu, pemerintah juga tengah mempersiapkan implementasi kebijakan mandatory CPO. Hal ini meliputi campuran 60 persen solar dan 40 persen bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit atau B40, serta bahan bakar diesel campuran 50 persen solar dan 50 persen biodiesel dari minyak sawit atau B50.
Implementasi B50 ditargetkan paling lambat tahun 2026, sedangkan program B40 akan dijalankan pada Januari 2025. Langkah ini diambil untuk memenuhi kebutuhan energi nasional dan sekaligus meningkatkan nilai tambah komoditas sawit.
"Dan ini ada B40-B50, kita rancang, kita sudah persiapkan semua. Tetapi yang terpenting adalah, setiap tekanan selalu ada celah kita bisa gunakan," tutur Amran Sulaiman dengan optimis.
Peluang di Tengah Tekanan
Mentan Amran Sulaiman mengingatkan bahwa tekanan ekonomi selalu diikuti dengan peluang. Ia menganalogikan, setiap tekanan akan memicu lompatan dan reaksi signifikan. "Jadi, yang menerima tekanan berbahagialah, kenapa? pasti ada peluang di dalamnya. Dan biasanya, kalau ada tekanan, kita semakin kuat," tambahnya.
Sikap optimis Menteri Pertanian ini didasari oleh potensi besar sektor pertanian Indonesia. Dengan strategi yang tepat dan pemanfaatan sumber daya alam yang optimal, Indonesia diyakini mampu melewati tantangan perang dagang global dan tetap tumbuh kuat.
Lebih lanjut, Mentan juga menekankan pentingnya inovasi dan diversifikasi produk pertanian untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional. Hal ini mencakup peningkatan kualitas produk, pengembangan teknologi pertanian, dan perluasan pasar ekspor.
Dengan langkah-langkah strategis tersebut, Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang ada di tengah gejolak ekonomi global dan mempertahankan ketahanan pangan nasional.