Investasi Apple di Indonesia Berpotensi Melonjak hingga US$10 Miliar
Menteri Investasi Rosan Roeslani mengindikasikan peningkatan signifikan investasi Apple di Indonesia, ditandai pembangunan pabrik AirTag di Batam dan potensi kerjasama dengan vendor-vendor Apple lainnya.
Jakarta, 29 April 2024 - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, baru-baru ini memberikan sinyal positif terkait peningkatan investasi Apple di Indonesia. Hal ini menyusul komitmen Apple untuk membangun fasilitas produksi AirTag di Batam, Kepulauan Riau.
"Berdasarkan komunikasi terakhir kami, kami melihat bahwa investasi Apple di Indonesia akan meningkat," ujar Menteri Bahlil.
Kabar baik ini tidak hanya berhenti pada pembangunan pabrik AirTag. Pemerintah Indonesia juga tengah menjalin komunikasi dengan tiga vendor Apple lainnya untuk mengajak mereka berinvestasi di Tanah Air. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menarik investasi teknologi global dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Kerjasama dengan Vendor Apple: Gerbang Menuju Rantai Nilai Global
Salah satu vendor yang menjadi fokus pemerintah adalah Huayou, perusahaan asal Tiongkok yang merupakan pemasok komponen untuk produk Apple. Menteri Bahlil telah meminta Huayou untuk memfokuskan produksinya di Indonesia.
"Dengan demikian, Indonesia nantinya juga dapat memasok komponen ke Apple, dan akan dibebaskan dari bea masuk," tambah beliau. Hal ini menunjukkan potensi besar Indonesia untuk tidak hanya menjadi lokasi perakitan, tetapi juga sebagai pusat produksi komponen penting bagi produk-produk teknologi global.
Langkah strategis ini diharapkan dapat mendorong Indonesia masuk ke dalam rantai nilai global (global value chain) industri teknologi. Keikutsertaan dalam rantai nilai global akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia, termasuk peningkatan devisa negara dan penyerapan tenaga kerja.
Pabrik AirTag di Batam: Awal dari Investasi yang Lebih Besar
Pembangunan pabrik vendor Apple di Batam, yang akan memasok 65 persen kebutuhan AirTag di seluruh dunia, telah dimulai. Proyek ini menelan investasi sebesar US$1 miliar dan diperkirakan akan menciptakan hingga dua ribu lapangan kerja.
Namun, ambisi pemerintah tidak berhenti di angka tersebut. Menteri Bahlil mengungkapkan bahwa investasi ini akan terus didorong hingga mencapai US$10 miliar. Target penyelesaian pembangunan pabrik ini dijadwalkan pada awal tahun 2026.
Pabrik ini tidak hanya akan menciptakan lapangan kerja, tetapi juga meningkatkan ekspor Indonesia. Sebanyak 65 persen produk AirTag yang dihasilkan akan diekspor ke berbagai negara di dunia. Hal ini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara dan memperkuat posisi Indonesia di pasar global.
Potensi Investasi Tambahan dari AS
Menteri Bahlil menjelaskan bahwa dalam produksi satu unit iPhone saja, ratusan vendor Apple terlibat. Saat ini, puluhan vendor Apple telah berinvestasi di sejumlah negara seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Keberhasilan menarik investasi vendor Apple ke Indonesia diharapkan dapat menjadi pintu gerbang bagi masuknya investor AS lainnya.
Dengan masuknya investasi Apple dan vendor-vendornya, Indonesia berpotensi menjadi pusat produksi teknologi yang terintegrasi. Hal ini akan membuka peluang kerja baru, meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Keberadaan pabrik AirTag di Batam dan potensi investasi yang lebih besar dari Apple merupakan langkah signifikan dalam upaya Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri teknologi global. Pemerintah akan terus berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan menarik bagi investor asing, khususnya di sektor teknologi.