Investasi Unik: Tas Mewah, Lebih dari Sekedar Gaya
Tren investasi pada tas mewah kian populer di Indonesia, menawarkan keuntungan tinggi namun menyimpan risiko yang perlu dipahami, khususnya soal keaslian barang dan fluktuasi pasar.
Jakarta, 29 Januari (ANTARA) - Siapa sangka, tas mewah kini bukan hanya simbol status, tetapi juga instrumen investasi yang menjanjikan? Di Indonesia, fenomena investasi tas branded seperti Hermès, Chanel, dan Louis Vuitton semakin populer, menawarkan potensi keuntungan yang menarik bagi investor yang jeli.
Mengapa tas mewah menjadi pilihan investasi? Data Capgemini Asia Pacific Wealth Report 2015 menempatkan Indonesia sebagai konsumen produk mewah terbesar ketiga di Asia, mengalahkan Singapura dan Hong Kong. Hal ini menunjukkan semakin banyak masyarakat Indonesia yang memahami potensi investasi di pasar barang mewah, melampaui persepsi awal sebagai konsumsi hedonis semata.
Bagaimana mekanisme investasi ini berjalan? Berbeda dengan saham atau properti, investasi tas mewah melibatkan pemahaman mendalam tentang merek, model, dan kondisi barang. Komunitas kolektor dan investor berperan penting, berbagi informasi seputar nilai investasi, perawatan, dan waktu yang tepat untuk menjual kembali. Hermès Birkin, misalnya, terkenal dengan kenaikan harga rata-rata 14,2 persen per tahun (Baghunter, 2016), jauh melampaui return emas dan S&P 500.
Namun, perlu diingat bahwa tidak semua tas mewah memiliki nilai investasi yang sama. Ada hierarki di pasar barang mewah. Chanel, misalnya, secara konsisten menaikkan harga tas klasik mereka setiap tahun, sehingga pasar barang preloved-nya tetap kuat. Phoebe Chamier dari Brooks Macdonald bahkan menyebut tas mewah sebagai opsi investasi alternatif yang cerdas, selain investasi tradisional, terutama jika portofolio investor sudah seimbang. Penelitian Credit Suisse juga mendukung hal ini, menyatakan perhiasan, tas, dan jam tangan sebagai pilihan investasi 'koleksi' yang paling stabil.
Faktor lain yang mempengaruhi nilai investasi tas mewah adalah hedonisme, materialisme, status sosial, nilai keunikan, persepsi harga, dan kualitas produk (Rizka Rahma Kusumadewi, 2017). Keinginan untuk memiliki kembali produk-produk mewah itulah yang mendorong investasi di barang-barang ini.
Risiko investasi tas mewah juga perlu dipertimbangkan. Maraknya barang palsu menjadi tantangan utama. Otentikasi profesional sangat penting untuk memastikan keaslian barang. Selain itu, perubahan tren dan kondisi barang juga mempengaruhi nilai jual. Sebuah Birkin dalam kondisi prima, lengkap dengan boks dan dokumen, akan memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi.
Kesimpulannya, investasi tas mewah merupakan alternatif investasi unik yang membutuhkan pemahaman mendalam. Meskipun tidak menawarkan likuiditas tinggi seperti saham, potensi keuntungannya cukup signifikan bagi investor yang sabar dan memiliki strategi yang tepat. Investasi ini juga membuka peluang berjejaring di komunitas kolektor, memperkaya pengalaman dan wawasan di luar aspek finansial semata.