Irigasi Sawah Mukomuko: Manfaatkan Air Limbah Rumah Tangga
Dinas PUPR Mukomuko memanfaatkan air limbah rumah tangga untuk irigasi sawah di Desa Penarik, sebagai solusi pengairan di daerah dataran tinggi, meskipun perbaikan bendungan yang jebol masih menunggu anggaran.
Mukomuko, Bengkulu - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, membuat gebrakan dengan memanfaatkan air limbah rumah tangga untuk mengairi sawah. Sistem irigasi unik ini diterapkan di Desa Penarik, Kecamatan Penarik, menggunakan Irigasi Air Dikit Kecil. Inovasi ini menjadi sorotan karena sumber airnya bukan dari sumber air konvensional seperti sungai atau sumur bor.
Solusi Irigasi di Dataran Tinggi
Kepala Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Kabupaten Mukomuko, Bambang Parianto, menjelaskan bahwa lokasi pemukiman dan tempat usaha di Desa Penarik berada di atas lahan persawahan. Hal ini membuat penggunaan air sungai atau sumur bor menjadi tidak memungkinkan. "Sumber airnya bukan dari sungai, tetapi limbah masyarakat dan limbah tempat usaha dan perbankan di wilayah ini," ujar Bambang dalam keterangannya pada Jumat lalu.
Sistem irigasi ini memanfaatkan air limbah yang dialirkan dari pemukiman dan tempat usaha penduduk setempat. Meskipun terkesan tidak konvensional, sistem ini menjadi solusi efektif untuk mengairi sawah di daerah dataran tinggi tersebut. Lokasi geografis yang unik ini memaksa Dinas PUPR untuk berpikir kreatif dalam mencari sumber air irigasi.
Perbaikan Bendungan yang Rusak
Namun, sistem irigasi ini menghadapi tantangan. Bendungan Irigasi Air Dikit Kecil mengalami kerusakan akibat banjir. Tim dari Dinas PUPR telah melakukan survei dan menyimpulkan bahwa perbaikan bendungan membutuhkan biaya yang cukup besar. Hasil survei menunjukkan bahwa bendungan tersebut tidak layak diperbaiki dan sebaiknya dibangun ulang.
Bambang mengungkapkan bahwa perbaikan bendungan ini sebenarnya tidak termasuk dalam rencana anggaran tahun ini. "Kami mau menggunakan dana Belanja Tidak Terduga (BTT) arahan ke sana belum ada, dan belum ada sumber anggaran yang pasti," jelasnya. Untuk membangun bendungan baru, diperkirakan membutuhkan anggaran sekitar Rp100 juta.
Saat ini, Dinas PUPR masih menunggu kepastian anggaran untuk membangun kembali bendungan tersebut. Pihaknya berharap agar segera ada kejelasan anggaran agar perbaikan dapat dilakukan secepatnya dan para petani di Desa Penarik dapat kembali mengandalkan sistem irigasi ini untuk mengairi sawah mereka.
Inovasi dan Tantangan
Penggunaan air limbah untuk irigasi di Mukomuko menunjukkan inovasi dalam menghadapi keterbatasan sumber daya air. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal memastikan kualitas air limbah yang digunakan aman bagi tanaman dan tidak mencemari lingkungan. Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai aspek sanitasi dan pengelolaan limbah untuk memastikan keberlanjutan sistem irigasi ini.
Selain itu, perbaikan infrastruktur irigasi juga menjadi hal yang krusial. Kejadian jebolnya bendungan akibat banjir menunjukkan pentingnya membangun infrastruktur yang tahan terhadap bencana alam. Dengan adanya anggaran yang cukup, diharapkan pembangunan bendungan baru dapat dilakukan dengan kualitas yang lebih baik dan tahan lama.
Keberhasilan proyek irigasi ini bergantung pada ketersediaan anggaran dan pengelolaan yang tepat. Semoga pemerintah daerah dapat segera mengalokasikan anggaran yang dibutuhkan untuk perbaikan bendungan dan memastikan keberlanjutan sistem irigasi yang inovatif ini demi kesejahteraan para petani di Desa Penarik.