Kaliber 99 Lumajang: Teladan Moderasi Beragama Lewat Aksi Nyata
Kaliber 99 di Lumajang, Jawa Timur, menjadi contoh nyata moderasi beragama melalui program-program inovatif yang mengintegrasikan literasi keagamaan dengan pemberdayaan ekonomi dan sosial lintas iman.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Kaliber 99, sebuah Kawasan Literasi Beragama di Kecamatan Rowokangkung, Lumajang, Jawa Timur, pada tanggal 16 Mei telah menunjukkan model moderasi beragama yang inspiratif. Inisiatif ini diprakarsai oleh Mohammad Mas’ud, seorang penyuluh agama Islam, sebagai respon terhadap kebutuhan masyarakat akan pemahaman keagamaan yang aplikatif dan responsif. Kaliber 99 menjawab tantangan intoleransi dan polarisasi dengan pendekatan yang membumi, melibatkan warga lintas iman dalam kegiatan ekonomi dan sosial, membangun kesadaran moderat bukan hanya melalui ceramah, tetapi juga melalui kerja sama nyata di lapangan.
Berbeda dari program keagamaan konvensional, Kaliber 99 menekankan pada praktik langsung. Program ini tidak hanya berfokus pada penyuluhan keagamaan semata, tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dengan pendekatan yang partisipatif dan berbasis budaya lokal, Kaliber 99 berhasil menumbuhkan kerukunan dan toleransi antar umat beragama di Lumajang.
Keberhasilan Kaliber 99 terletak pada kemampuannya mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan aktivitas sehari-hari masyarakat. Program-program yang dijalankan bukan hanya sekedar teori, tetapi terwujud dalam aksi nyata yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, tanpa memandang latar belakang agama. Hal ini menunjukkan bahwa moderasi beragama dapat diwujudkan melalui kolaborasi dan kerja sama yang konkret.
Gerakan Belanja Sayuran di Lahan Petani (Gerbas Tani): Moderasi Beragama di Ladang
Salah satu program andalan Kaliber 99 adalah Gerbas Tani. Program pemberdayaan ekonomi berbasis pertanian ini menyatukan warga Muslim dan Katolik di Desa Kedungrejo. Mereka bekerja sama dalam proses bercocok tanam, panen, dan pemasaran hasil tani secara kolektif. Hal ini tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga memperkuat tali silaturahmi dan toleransi antar umat beragama.
"Kami tidak mulai dari seminar atau wacana, tetapi dari cangkul, tanah, dan keringat karena kebersamaan akan lebih kuat jika lahir dari kerja dan hasil yang dirasakan bersama," jelas Mas'ud, yang juga merupakan peserta unggulan Penyuluh Agama Award 2025. Melalui Gerbas Tani, nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong diimplementasikan secara nyata, menciptakan ikatan sosial yang kuat di tengah keberagaman.
Gerakan ini membuktikan bahwa ekonomi dapat menjadi perekat sosial yang efektif. Dengan bekerja sama dalam sektor pertanian, perbedaan agama justru menjadi kekuatan, bukan penghalang. Keberhasilan Gerbas Tani menjadi bukti nyata bahwa moderasi beragama dapat diwujudkan melalui program-program ekonomi yang inklusif.
Model kolaboratif ini menunjukkan bahwa keberagaman bukan untuk dipertentangkan, melainkan dikelola bersama menjadi kekuatan sosial. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam membangun kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
Membina Remaja Lintas Agama: Menyemai Toleransi di Kalangan Muda
Kaliber 99 juga aktif membina remaja lintas sekolah dan latar belakang agama, termasuk santri dan pelajar Katolik. Mereka diajak berpartisipasi dalam kegiatan kreatif seperti produksi film pendek bertema toleransi, diskusi literasi moderat, dan kerja bakti bersama.
Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai toleransi dan saling menghormati sejak usia muda. Dengan berinteraksi dan berkolaborasi dalam berbagai kegiatan, remaja dari berbagai latar belakang agama dapat saling mengenal, memahami, dan menghargai perbedaan.
"Program itu berhasil menciptakan ruang inklusif tempat warga desa belajar menyampaikan gagasan secara damai, menerima perbedaan, dan merayakan keberagaman dalam suasana kekeluargaan," ujar Mas'ud. Inisiatif ini menunjukkan pentingnya peran generasi muda dalam membangun kerukunan umat beragama.
Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, remaja diajak untuk aktif berkontribusi dalam membangun masyarakat yang rukun dan toleran. Mereka tidak hanya menjadi objek, tetapi juga subjek dalam proses membangun moderasi beragama di Lumajang.
Dampak Signifikan Kaliber 99: Menuju Masyarakat yang Lebih Inklusif
Program Kaliber 99 telah memberikan dampak signifikan bagi masyarakat Lumajang. Beberapa dampak positif yang terlihat antara lain:
- Terbentuknya Forum Literasi Keagamaan Inklusif
- Kegiatan tani lintas iman yang berkelanjutan
- Peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat desa
- Penguatan kerukunan sosial secara organik dan alami
Model kolaboratif Kaliber 99 dinilai mampu menjawab tantangan intoleransi dan polarisasi dengan pendekatan yang kontekstual, partisipatif, dan berbasis budaya lokal. Program ini menjadi contoh nyata bagaimana moderasi beragama dapat diwujudkan melalui kerja sama dan gotong royong.
Kaliber 99 telah membuktikan bahwa keberagaman bukan untuk dipertentangkan, melainkan dikelola bersama menjadi kekuatan sosial. Melalui sinergi dengan program-program pemberdayaan seperti Gerbas Tani, inisiatif ini telah menjadi harapan baru bagi praktik dakwah transformatif yang menjembatani iman dan kemanusiaan. Kaliber 99 menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain di Indonesia dalam membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama.