Kemenperin Dampingi IKM Kriya dan Fesyen untuk Perluas Skala Bisnis
Kemenperin memberikan pendampingan bagi IKM kriya dan fesyen melalui program Creative Business Incubator (CBI) untuk memperluas skala bisnis.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) aktif memberikan pendampingan kepada para pengusaha Industri Kecil Menengah (IKM) di sektor kriya dan fesyen. Langkah ini diwujudkan melalui program Creative Business Incubator (CBI) yang bertujuan untuk membantu IKM naik kelas ke skala bisnis yang lebih besar sekaligus meningkatkan omzet penjualan produk mereka. Program ini diharapkan dapat mencetak wirausaha baru dan adaptif, khususnya dari kalangan generasi muda.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menyampaikan bahwa pendampingan dari mentor sangat krusial bagi keberlangsungan dan perkembangan bisnis. Melalui coaching CBI, sepuluh IKM terpilih akan mendapatkan bimbingan intensif dari mentor yang akan membantu memecahkan berbagai permasalahan dalam pengembangan bisnis mereka. Tujuannya jelas, agar IKM tersebut mampu naik kelas dan berdaya saing tinggi.
“Penelitian menunjukkan bahwa bisnis akan lebih bertahan dan berkembang jika mendapatkan pendampingan dari mentor. Melalui coaching CBI ini, sebanyak 10 IKM terpilih akan didampingi seorang mentor yang akan membantu menjawab permasalahan yang dialami dalam pengembangan bisnisnya sehingga mampu naik kelas,” kata Reni.
Peserta Coaching CBI 2025
Adapun peserta yang terpilih dalam program Coaching CBI 2025 meliputi berbagai nama di industri kriya dan fesyen, yaitu Delova Wardro, Hanabira, CV Amod Bali, Wiras Silver Bali, PT Karya Rappo Indonesia, Kalasiris, JB, Etnnic, Astraea Leather Craft, dan Ulur Wiji. Pemilihan peserta ini dilakukan secara selektif dengan mempertimbangkan potensi dan komitmen mereka untuk mengembangkan bisnis.
Reni Yanita berharap agar para peserta dapat mencontoh kesuksesan para alumni CBI sebelumnya. Alumni CBI telah berhasil meningkatkan kapasitas produksi, omzet, dan bahkan naik kelas dari skala mikro ke kecil, atau dari skala kecil ke menengah. Program ini diharapkan menjadi katalisator bagi pertumbuhan IKM di Indonesia.
“Harapannya mereka dapat mengikuti jejak sukses para alumni CBI yang berhasil meningkatkan kapasitas produksi, meningkatkan omzet dan naik kelas dari skala mikro ke kecil atau dari skala kecil ke skala menengah,” ujar Reni.
Pentingnya Pendampingan dalam Kewirausahaan
Universitas Ciputra melakukan riset yang menunjukkan bahwa 74,03 persen bisnis akan bertahan dan berkembang setelah mendapatkan pendampingan dari mentor. Pendampingan yang tepat dapat mempercepat pertumbuhan bisnis, mengurangi risiko kegagalan, dan mendorong terciptanya bisnis yang lebih berkelanjutan. Hal ini menggarisbawahi betapa krusialnya peran pendampingan dalam ekosistem kewirausahaan.
Oleh karena itu, Reni menekankan bahwa kerja sama pendampingan di bidang kewirausahaan menjadi program yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing para pebisnis. Program Coaching CBI sendiri telah terbukti berhasil membantu para lulusannya dalam mengatasi berbagai permasalahan dan mengembangkan bisnis mereka.
Sinergi dan kolaborasi dalam pendampingan bisnis bagi pelaku industri atau wirausaha muda diharapkan dapat memperkuat kontribusi industri manufaktur nasional. Kemenperin berkomitmen untuk terus mendukung dan memfasilitasi IKM agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Kontribusi Sektor Industri Nonmigas
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sektor industri pengolahan nonmigas di Indonesia tumbuh sebesar 4,31 persen pada triwulan I tahun 2025. Kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB juga mengalami peningkatan, mencapai 17,50 persen pada periode yang sama. Data ini menunjukkan bahwa sektor industri memiliki peran yang signifikan dalam perekonomian nasional.
Laporan Global Entrepreneurship Monitor (GEM) 2023 mengungkapkan bahwa rasio kewirausahaan di Indonesia mencapai 21,6 persen, lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand (17,8 persen), Malaysia (13,4 persen), dan Vietnam (15,2 persen). Angka ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam mengembangkan sektor kewirausahaan.
Namun, laporan tersebut juga menyoroti bahwa tingginya angka rasio kewirausahaan belum diikuti dengan nilai tambah dan produktivitas yang tinggi. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah, akademisi, dan sektor swasta untuk bersinergi menciptakan ekosistem kewirausahaan yang lebih baik, sehingga dapat membawa para wirausaha muda naik kelas dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja.
Kemenperin terus berupaya untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi IKM dan wirausaha muda. Melalui berbagai program dan kebijakan, Kemenperin berkomitmen untuk mendukung pengembangan sektor industri di Indonesia agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian nasional.