Kementan Optimalkan Lahan Bekas Tsunami Aceh untuk Sawah
Kementerian Pertanian berencana mengoptimalkan lahan bekas tsunami di Aceh Besar untuk pertanian padi, menindaklanjuti permintaan Dinas Pertanunan dan Perkebunan Aceh setelah survei awal menemukan potensi lahan yang signifikan.
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian punya rencana bagus: mengubah lahan bekas tsunami di Aceh Besar menjadi persawahan. Inisiatif ini muncul setelah Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh, Cut Huzaimah, meminta Menteri Pertanian untuk merehabilitasi lahan tersebut dalam Rapat Koordinasi Percepatan LTT (Luas Tambah Tanam) secara virtual.
Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Aceh, Firdaus, menjelaskan rencana tersebut lebih lanjut. "Lahan bekas tsunami di Lhoknga dan Leupung, Aceh Besar, akan direhab untuk ditanami padi," katanya di Banda Aceh.
Menanggapi permintaan Distanbun Aceh, tim gabungan dari Direktorat Pembiayaan, BPSIP Aceh, Distanbun Aceh, dan Dinas Pertanian Aceh Besar langsung melakukan survei. Hasilnya cukup menjanjikan!
Survei awal di Lhoknga menunjukkan potensi lahan yang cukup besar. Terdapat lahan baku sawah (LBS) seluas 422,1 hektare, LBS menyemak 143,4 hektare, dan non-LBS seluas 34,3 hektare. Di Kecamatan Leupung, ditemukan non-LBS seluas 77,4 hektare.
Firdaus memastikan lahan-lahan tersebut berada di luar kawasan hutan, walau demikian, pemetaan detail batas masih diperlukan. Langkah selanjutnya adalah identifikasi tipologi lahan untuk menentukan apakah lahan tersebut termasuk rawa atau non-rawa.
"Lahan yang termasuk LBS bisa diusulkan untuk optimasi lahan, sedangkan lahan di luar LBS bisa diusulkan untuk cetak sawah," jelas Firdaus. Ini menunjukkan rencana yang terukur dan disesuaikan dengan kondisi lahan.
Penting untuk dicatat, lahan-lahan ini adalah milik petani. Pemerintah hanya mengoptimalkan lahan, sementara penanaman padi tetap dilakukan oleh petani. "Lahan milik petani, pemerintah yang optimalkan, petani yang menanam," tegas Firdaus. Keterlibatan petani menjadi kunci keberhasilan program ini.
Namun, realisasi program ini bergantung pada anggaran yang tersedia. Firdaus juga menekankan bahwa optimalisasi lahan bekas tsunami ini sejalan dengan program ketahanan pangan nasional, khususnya program Astacita, untuk meningkatkan produksi pangan di Aceh Besar.
Kesimpulannya, rencana Kementan untuk mengoptimalkan lahan bekas tsunami Aceh untuk persawahan merupakan langkah positif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan memberdayakan petani di Aceh. Meskipun ketersediaan anggaran menjadi faktor penentu, langkah awal yang telah dilakukan menunjukkan komitmen pemerintah dalam memaksimalkan potensi lahan yang ada.