Keracunan Massal 58 Lansia di Blitar: Polisi Selidiki Kolak Kacang Hijau
Polisi Blitar selidiki kasus keracunan massal yang menimpa 58 lansia usai menyantap kolak kacang hijau di kegiatan posyandu, 22 korban masih dirawat.
Sebanyak 58 lansia di Desa Sidomulyo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, diduga mengalami keracunan massal setelah mengikuti kegiatan posyandu lansia pada Minggu (11/5). Kejadian ini bermula saat para lansia mengikuti senam pagi dan pemeriksaan kesehatan, kemudian menerima kolak kacang hijau dan pisang sebagai konsumsi. Polisi kini tengah melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebab keracunan tersebut.
Menurut Kepala Seksi Humas Polres Blitar, Ipda Putut Siswahyudi, sekitar 57 lansia mengikuti kegiatan posyandu yang diadakan di balai dukuh Dusun Sidorejo. Setelah mengonsumsi kolak kacang hijau, beberapa lansia mengalami gejala seperti lemas, diare, dan muntah. Beberapa lansia langsung merasakan gejala tersebut, sementara yang lain baru merasakannya setelah membawa pulang kolak dan mengonsumsinya di rumah masing-masing.
Para lansia yang mengalami gejala keracunan kemudian dibawa ke Puskesmas Boro Selorejo Blitar untuk mendapatkan perawatan medis. Pihak kepolisian langsung melakukan penyelidikan, termasuk pengambilan sampel kolak kacang hijau untuk uji laboratorium. Koordinasi juga dilakukan dengan pihak Puskesmas untuk mendapatkan informasi lebih lanjut terkait kondisi para korban.
Penyelidikan Polisi dan Sampel Makanan
Polisi telah melakukan pendataan terhadap para korban dan mengumpulkan barang bukti, termasuk sampel kolak kacang hijau yang dikonsumsi para lansia. Hasil pemeriksaan sementara menunjukkan bahwa gejala keracunan muncul 4 jam setelah mengonsumsi kolak. Gejala yang dominan adalah diare, mual, muntah, dan sakit perut. "Dengan kriteria tersebut dapat diduga kejadian keracunan makanan diakibatkan oleh makanan yang terkontaminasi oleh bakteri (faktor bakteriologi)," jelas Ipda Putut Siswahyudi.
Saat ini, sebanyak 22 lansia masih menjalani perawatan di berbagai fasilitas kesehatan, mulai dari puskesmas, klinik, hingga rumah sakit. Sisanya telah diperbolehkan pulang, namun tetap dalam pemantauan medis. Polisi terus melakukan penyelidikan untuk memastikan penyebab pasti keracunan massal ini dan memastikan tidak ada unsur kesengajaan.
Proses penyelidikan melibatkan pengujian laboratorium terhadap sampel kolak kacang hijau untuk mengidentifikasi bakteri atau kontaminan yang mungkin menjadi penyebab keracunan. Hasil laboratorium akan menjadi bukti penting dalam menentukan langkah selanjutnya dalam penanganan kasus ini.
Kronologi Kejadian dan Kondisi Korban
Kegiatan posyandu lansia dimulai dengan senam pagi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan. Setelah itu, para lansia menerima kolak kacang hijau dan pisang sebagai konsumsi. Beberapa lansia langsung mengonsumsi kolak di tempat, sementara yang lain membawanya pulang. Gejala keracunan mulai muncul sekitar 4 jam kemudian, dengan gejala utama diare, mual, muntah, dan sakit perut.
Para korban langsung mendapatkan perawatan medis di Puskesmas Boro Selorejo Blitar dan fasilitas kesehatan lainnya. Total korban mencapai 58 orang, dengan 22 orang masih dirawat dan sisanya telah diperbolehkan pulang. Kondisi para korban terus dipantau oleh petugas medis untuk memastikan pemulihan kesehatan mereka.
Pihak berwenang menekankan pentingnya menjaga kebersihan dan keamanan makanan, terutama dalam kegiatan yang melibatkan banyak peserta, khususnya lansia yang rentan terhadap penyakit.
Langkah-langkah pencegahan dan edukasi terkait keamanan pangan akan terus digalakkan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Polisi berharap hasil penyelidikan dapat segera diketahui untuk memberikan kepastian hukum dan mencegah kejadian serupa terulang kembali.
Kesimpulan
Kasus keracunan massal ini menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap keamanan pangan, terutama dalam kegiatan yang melibatkan kelompok rentan seperti lansia. Hasil penyelidikan polisi dan uji laboratorium diharapkan dapat segera memberikan penjelasan lengkap mengenai penyebab keracunan dan langkah pencegahan di masa mendatang.