KKP Dorong Modernisasi Kapal Perikanan: Dari Kayu ke Besi untuk Tingkatkan Standar dan Daya Saing
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong modernisasi kapal perikanan Indonesia dari bahan kayu ke besi untuk memenuhi standar kelaikan, meningkatkan daya saing, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jakarta, 13 Maret 2024 - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap tengah gencar mendorong modernisasi kapal perikanan Indonesia. Perubahan besar ini bertujuan untuk meningkatkan standar keselamatan, efisiensi, dan daya saing produk perikanan Indonesia di pasar global. Program ini juga memperhatikan aspek lingkungan dengan mengurangi penggunaan bahan baku kayu yang berpotensi menyebabkan deforestasi.
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP, Lotharia Latif, mengungkapkan bahwa program modernisasi ini dilakukan secara bertahap. Sasaran utamanya adalah mengganti kapal-kapal perikanan berbahan dasar kayu dengan kapal besi yang lebih memenuhi standar kelaikan. "Langkah ini untuk memenuhi standar kelaikan yang telah ditentukan, yaitu laik laut, laik tangkap dan laik simpan hasil ikan yang ditangkap dalam kapal," tegas Latif dalam sebuah pernyataan resmi.
Data yang disampaikan menunjukkan bahwa sekitar 65 persen kapal perikanan di Indonesia berusia lebih dari 10 tahun, dan mayoritasnya terbuat dari kayu. Meskipun lebih murah, penggunaan kayu sebagai bahan baku utama menimbulkan kekhawatiran terhadap lingkungan dan tidak memenuhi standar internasional. Latif menambahkan bahwa 95 persen kapal perikanan yang terdaftar di KKP terbuat dari kayu.
Modernisasi Kapal: Tantangan dan Solusi
Salah satu tantangan utama adalah usia kapal kayu yang rata-rata mencapai 15-20 tahun, tergantung perawatan. Secara konstruksi, kapal kayu memiliki kekurangan karena umumnya dibangun secara tradisional dan kurang memenuhi persyaratan standar kelaikan laut, laik tangkap dan laik simpan hasilnya. Hal ini berdampak pada kualitas hasil tangkapan dan keselamatan awak kapal.
Selain itu, mayoritas kapal perikanan saat ini menggunakan mesin darat modifikasi (non-marine engine standar) yang rentan terhadap korosi, overheating, kebocoran oli, emisi karbon tinggi, dan kegagalan transmisi. Kondisi ini tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga berdampak buruk bagi lingkungan.
Dari sisi kelayakan kerja, kapal perikanan di Indonesia juga belum sepenuhnya memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan awak kapal. Ruangan akomodasi seringkali kurang memadai dan lebih diprioritaskan untuk menampung hasil tangkapan daripada kenyamanan awak kapal. "Umumnya ruangan kapal lebih diarahkan untuk optimalisasi menampung hasil tangkapan dibandingkan memperhatikan kebutuhan kondisi kerja yang layak bagi awak kapal", jelas Latif.
Dampak Positif Modernisasi Kapal Perikanan
Modernisasi kapal perikanan tidak hanya meningkatkan keselamatan dan efisiensi, tetapi juga berdampak positif pada lingkungan dan perekonomian. Penggunaan kapal besi yang memenuhi standar internasional akan mengurangi emisi karbon dan mencegah deforestasi. Selain itu, penerapan cara penanganan ikan yang baik di atas kapal akan menjaga kesegaran dan higienitas ikan, sehingga meningkatkan nilai jual dan daya saing di pasar domestik maupun internasional.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, sebelumnya telah menyatakan komitmen KKP untuk memastikan seluruh kapal perikanan di Indonesia sesuai dengan norma dan standar yang berlaku. Hal ini bertujuan agar kapal yang beroperasi aman, handal, dan memenuhi aspek kelaikan serta ketentuan yang berlaku.
Dengan demikian, modernisasi kapal perikanan menjadi langkah strategis untuk meningkatkan daya saing Indonesia di sektor perikanan, menjaga kelestarian lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan nelayan.
KKP menekankan pentingnya peralihan bertahap ke kapal besi bagi pelaku usaha perikanan. Langkah ini akan menciptakan armada perikanan yang lebih modern, aman, dan ramah lingkungan, serta berkontribusi pada peningkatan ekonomi nasional melalui peningkatan kualitas dan nilai jual produk perikanan Indonesia.