Legislator Mataram Imbau Orang Tua Cegah Anak Main Perang Sarung saat Ramadhan
Anggota DPRD Kota Mataram meminta orang tua aktif mengawasi anak-anak agar tidak bermain perang sarung, petasan, atau aktivitas berbahaya lainnya selama Ramadhan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Mataram, 10 Maret 2025 - Anggota DPRD Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengimbau orang tua untuk aktif mengawasi anak-anak mereka selama bulan Ramadhan. Imbauan ini disampaikan menyusul maraknya aktivitas berbahaya yang dilakukan anak-anak, seperti perang sarung, bermain petasan, dan kegiatan lain yang berpotensi membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Peristiwa ini terjadi di Kota Mataram, NTB, dan menimbulkan kekhawatiran dari pihak legislatif.
Kekhawatiran tersebut diungkapkan oleh Nyanyu Ernawati, anggota DPRD Kota Mataram. Menurutnya, permainan-permainan seperti perang sarung, khususnya jika sarung diisi batu, sangat berbahaya dan dapat menimbulkan cedera serius. "Selain akan merugikan diri sendiri, itu juga bisa merugikan orang lain. Apalagi kalau sarung diisi batu," tegas Nyanyu Ernawati dalam keterangannya di Mataram, Senin.
Lebih lanjut, Nyanyu juga menyoroti aktivitas anak-anak yang masih berkeliaran di luar rumah hingga larut malam, bahkan melebihi pukul 22.00 WITA. Beliau menekankan pentingnya peran orang tua dalam memastikan anak-anak berada di rumah sebelum pukul 22.00 WITA untuk mencegah terjadinya insiden yang tidak diinginkan. "Jangan sampai anak-anak sedang berpuasa, tapi melakukan kegiatan kekerasan dengan main perang sarung tapi sarung diisi batu. Kalau kena kepala atau bagian lain bagaimana," imbuhnya.
Bahaya Perang Sarung dan Petasan
Permainan perang sarung dan petasan, menurut Nyanyu, bukan hanya membahayakan bagi yang bermain, tetapi juga bagi orang lain di sekitarnya. Petasan yang dinyalakan secara horisontal, misalnya, berpotensi melukai orang yang berada di dekatnya. Beliau mengingatkan pentingnya kesadaran akan risiko yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas tersebut.
Nyanyu juga menambahkan bahwa peran orang tua tidak hanya sebatas pengawasan. Orang tua juga didorong untuk mengajak anak-anak melakukan aktivitas positif selama Ramadhan, seperti tadarus bersama, pesantren kilat, dan kegiatan keagamaan lainnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan anak-anak selama bulan suci.
Selain peran orang tua, Nyanyu juga berharap adanya pengawasan intensif dari aparat pemerintah, khususnya Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Mataram, terutama pada jam-jam rawan, seperti setelah salat Subuh. Pada waktu tersebut, anak-anak seringkali bermain petasan dengan alasan iseng, namun hal tersebut dapat berdampak negatif bagi lingkungan sekitar.
Pentingnya Peran Orang Tua dan Pemerintah
"Bisa saja orang yang mendengar atau melintas saat anak-anak bermain terkena dampaknya. Untuk itu mari kita jaga anak-anak agar tidak berbuat hal-hal negatif," ujar Nyanyu. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara orang tua dan pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi anak-anak selama bulan Ramadhan.
Imbauan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengawasan dan pembinaan anak-anak selama bulan Ramadhan. Dengan demikian, diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kejadian yang tidak diinginkan akibat aktivitas berbahaya yang dilakukan anak-anak.
Lebih lanjut, Nyanyu berharap agar masyarakat dapat bersama-sama menciptakan suasana Ramadhan yang aman, damai, dan penuh dengan kegiatan positif. Partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat sangat penting dalam mewujudkan hal tersebut.
- Orang tua harus memastikan anak-anak pulang sebelum pukul 22.00 WITA.
- Hindari permainan berbahaya seperti perang sarung dan petasan.
- Libatkan anak dalam kegiatan positif seperti tadarus dan pesantren kilat.
- Pemerintah diharapkan meningkatkan pengawasan, khususnya pada jam-jam rawan.
Dengan kerjasama antara orang tua dan pemerintah, diharapkan bulan Ramadhan tahun ini dapat berjalan dengan aman dan khusyuk.