Lestarikan Warisan Budaya, Pemkab Mentawai Gelar Pelatihan Atribut Tradisional
Pemkab Mentawai gelar pelatihan pembuatan atribut tradisional sebagai upaya melestarikan warisan budaya tak benda, diikuti oleh 50 peserta.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, menunjukkan komitmennya dalam melestarikan warisan budaya tak benda dengan menggelar pelatihan pembuatan atribut tradisional Mentawai. Kegiatan ini dilaksanakan di Homestay Mapaddegat, Kecamatan Sipora Utara, sebagai wadah bagi para pelaku budaya untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka.
Wakil Bupati Kepulauan Mentawai, Jakop Saguruk, menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan nilai tradisi lokal. Menurutnya, pelestarian budaya harus dimulai dari pemahaman dan apresiasi terhadap keterampilan membuat atribut khas Mentawai, seperti kalung inu, ikat kepala luat, dan aksesoris tradisional lainnya. Ia juga menyoroti nilai seni dan ekonomi yang terkandung dalam setiap atribut tradisional.
Pelatihan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam mewariskan budaya Mentawai kepada generasi muda. Dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk guru dan pelaku seni, Pemkab Mentawai berupaya memastikan bahwa tradisi luhur ini tidak akan hilang ditelan zaman.
Pentingnya Pelestarian Atribut Tradisional Mentawai
Jakop Saguruk menyampaikan bahwa merangkai atribut seperti kalung inu membutuhkan ketenangan dan ketelitian. Nilai seni dan nilai ekonomi ada pada proses tersebut. Budaya ini harus terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda. Pemerintah daerah berupaya untuk terus mendorong terbentuknya lembaga khusus yang mewadahi para pelaku seni budaya Mentawai.
Keberadaan lembaga ini akan memudahkan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran, baik dari pusat, provinsi, maupun daerah. Integrasi budaya Mentawai ke dalam kurikulum sekolah melalui program Budaya Mentawai (Bumen) juga menjadi fokus utama. Program ini diharapkan dapat menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya sendiri pada anak-anak sejak dini.
“Kita dorong dari tingkat SD hingga SMA. Anak-anak harus mengenal dan bangga terhadap budayanya sendiri. Ke depan, kalau sudah ada Perda, pembelajaran budaya lokal bisa dimasukkan secara resmi ke dalam kurikulum,” kata Jakop.
Peningkatan Kapasitas dan Eksistensi Budaya Mentawai
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Aban Barnabas, menjelaskan bahwa pelatihan ini diikuti oleh sekitar 50 peserta. Peserta terdiri dari guru SD, SMP, pelaku seni, dan sanggar budaya dari wilayah Sipora. Tujuan utamanya adalah melestarikan budaya antargenerasi dan meningkatkan kapasitas kemampuan pembuatan seni.
Aban menambahkan bahwa pelatihan ini sangat penting karena tidak semua guru tahu cara membuat atribut tradisional Mentawai. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan para guru dapat menularkan kembali keterampilan tersebut kepada siswa di sekolah masing-masing. Langkah ini merupakan upaya konkret untuk memperkuat eksistensi budaya Mentawai di tengah arus modernisasi.
“Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kapasitas guru dan pelaku seni dalam membuat atribut tradisional agar bisa ditularkan kembali kepada siswa di sekolah masing-masing. Tidak semua guru tahu cara membuatnya, jadi pelatihan ini sangat penting,” ujar Aban.
Pelatihan pembuatan atribut tradisional Mentawai menjadi bukti nyata komitmen Pemkab Mentawai dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya. Dengan melibatkan berbagai pihak dan mengintegrasikan budaya ke dalam pendidikan, diharapkan tradisi Mentawai akan terus hidup dan berkembang di tengah masyarakat.