Lomban Kupatan Jepara: Tradisi Laut yang Dipoles Jadi Magnet Wisata
Pesta Lomban Kupatan di Jepara, dengan tradisi larung kepala kerbau, akan dikemas lebih menarik untuk menarik wisatawan domestik dan mancanegara, sekaligus melestarikan budaya maritim.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Pesta Lomban Kupatan, sebuah tradisi pelarungan kepala kerbau di perairan Jepara, Jawa Tengah, pada Senin, 7 April 2025, diupayakan untuk menjadi daya tarik wisata baru. Bupati Jepara, Witiarso Utomo, menginisiasi pengembangan acara ini untuk menarik wisatawan domestik dan mancanegara. Tradisi ini merupakan wujud syukur nelayan atas hasil laut melimpah dan sekaligus melestarikan budaya maritim yang kaya. Upaya ini dilakukan karena Lomban Kupatan memiliki potensi besar sebagai atraksi wisata unik yang belum banyak terekspos.
Tradisi Lomban Kupatan sendiri telah tercatat sejak tahun 1868 dalam jurnal Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië dan surat kabar Slompret Melajoe edisi Agustus 1893. Hal ini menunjukkan akar tradisi yang kuat dan bersejarah, menjadikannya aset budaya yang berharga bagi Jepara. Dengan demikian, pengembangan Lomban Kupatan bukan hanya sekadar promosi wisata, tetapi juga upaya pelestarian warisan budaya leluhur.
Bupati Jepara berencana meningkatkan kemeriahan acara tahun depan dengan melibatkan lebih banyak pelaku budaya dan pariwisata. Harapannya, Lomban Kupatan dapat menjadi ikon wisata Jepara yang mampu bersaing dengan destinasi wisata lainnya di Indonesia. Dengan begitu, tradisi ini tidak hanya dinikmati masyarakat lokal, tetapi juga dikenal dan dihargai wisatawan dari berbagai penjuru dunia, sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Lomban Kupatan: Lebih dari Sekadar Tradisi
Lomban Kupatan bukan sekadar ritual pelarungan sesaji. Acara ini memiliki makna filosofis yang dalam bagi masyarakat nelayan Jepara. Laut, sebagai sumber kehidupan, dihormati dan dijaga, bukan ditakuti. Pelarungan kepala kerbau merupakan bentuk "sedekah laut", simbol silaturahmi, dan ungkapan syukur atas rezeki yang diberikan. Tradisi ini telah diwariskan turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Jepara.
Proses pelarungan sendiri melibatkan ratusan perahu nelayan. Sesaji yang dilarung, selain kepala kerbau, juga berisi ingkung (ayam utuh), jajanan pasar, kupat, dan lepat, yang diletakkan dalam miniatur kapal. Setelah dilarung di perairan sekitar Pulau Panjang, para nelayan berebut sesaji sebagai simbol mencari berkah.
Suasana semakin meriah dengan adanya Festival Kupat Lepet atau Perang Kupat Lepet. Dua gunungan besar berisi lebih dari 4.000 kupat lepet diperebutkan oleh masyarakat. Perpaduan antara ritual sakral dan perayaan meriah ini menjadikan Lomban Kupatan sebuah atraksi wisata yang unik dan menarik.
Potensi Wisata dan Pengembangan ke Depan
Dengan potensi yang besar, Lomban Kupatan perlu dikemas lebih profesional untuk menarik minat wisatawan. Pengembangan infrastruktur, promosi yang efektif, dan pengelolaan yang baik akan menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah Kabupaten Jepara perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pelaku wisata dan masyarakat lokal, untuk mewujudkan hal tersebut.
Selain itu, perlu juga diperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan wisatawan. Kejadian hampir bersenggolan antar kapal nelayan saat pelarungan perlu menjadi perhatian agar tidak terulang kembali. Pengaturan jalur pelayaran dan pengawasan yang ketat sangat penting untuk memastikan keselamatan para peserta dan wisatawan.
Dengan pengelolaan yang tepat, Lomban Kupatan berpotensi menjadi destinasi wisata unggulan Jepara, yang mampu meningkatkan perekonomian daerah dan melestarikan budaya maritim Indonesia. Tradisi leluhur ini dapat menjadi jembatan penghubung antara masa lalu, masa kini, dan masa depan, sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia.
Lomban Kupatan tidak hanya menjadi sebuah perayaan budaya, tetapi juga sebuah peluang untuk mengembangkan pariwisata Jepara. Dengan perencanaan yang matang dan kerjasama yang baik, tradisi ini dapat terus lestari dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.