Longsor di JLS Tulungagung: BPBD Kerahkan Alat Berat, Jalan Raya Ditutup Sementara
BPBD Tulungagung menerjunkan alat berat untuk membersihkan material longsor di Jalan Lintas Selatan (JLS) Km 10+800, menyebabkan penutupan sementara jalan dan mengungkap masalah konstruksi jalan.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Sebuah longsor terjadi di Jalan Lintas Selatan (JLS) Km 10+800, Desa Keboireng, Tulungagung, Jawa Timur, Minggu dini hari pukul 00.15 WIB. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tulungagung mengerahkan satu ekskavator untuk membersihkan material longsor yang menutup sebagian jalan. Longsor terjadi karena hujan deras mengguyur wilayah pesisir selatan, mengakibatkan tanah yang labil dan berbatu lapuk di tebing jalan ambrol. Proses evakuasi material longsor dilakukan untuk membuka kembali akses jalan yang sempat ditutup total demi keamanan.
Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut menyebabkan beberapa pemukiman di sekitar pesisir Teluk Prigi tergenang banjir. Kondisi ini memperparah situasi dan menyulitkan proses evakuasi material longsor. Kejadian ini menjadi sorotan karena menunjukkan kerentanan infrastruktur jalan di wilayah tersebut terhadap bencana alam.
Material longsor berupa batuan yang ambrol dari tebing setinggi 20-an meter dan lebar sekitar 10 meter. Penutupan sementara jalan dilakukan untuk memastikan keselamatan pengguna jalan mengingat potensi longsor susulan. Setelah alat berat tiba, jalur dibuka kembali secara bertahap, dimulai dengan kendaraan kecil, kemudian kendaraan besar dengan sistem buka tutup.
Evakuasi Material Longsor dan Penutupan Jalan
Proses normalisasi jalan dimulai pukul 09.00 WIB dan berlangsung hingga sore hari. Satu unit ekskavator dikerahkan oleh BPBD Tulungagung untuk membersihkan material longsor. Kapolsek Besuki, AKP Samsun, menjelaskan bahwa penutupan total JLS Tulungagung-Trenggalek dilakukan untuk alasan keamanan karena kondisi gelap saat kejadian longsor. Hal ini mencegah potensi kecelakaan dan risiko longsor susulan.
Awalnya, hanya kendaraan kecil dan roda empat yang diizinkan melintas secara bergantian. Namun, setelah alat berat dari kontraktor HK didatangkan, bus pariwisata dan kendaraan besar lainnya diizinkan melintas dengan sistem buka-tutup. Sistem ini diterapkan untuk mengelola lalu lintas dan memastikan keselamatan pengguna jalan.
Lokasi longsor berada di dekat perbatasan Tulungagung-Trenggalek, sehingga berdampak pada lalu lintas di kedua wilayah tersebut. Kejadian ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah untuk memastikan keamanan dan kelancaran lalu lintas di JLS.
Penyebab Longsor dan Kondisi Geologi
Tebing yang longsor terdiri dari batuan lapuk, yang merupakan hasil dari pengerjaan alat berat saat pembangunan JLS beberapa tahun lalu oleh kontraktor Nindya Karya. Kondisi geologi wilayah tersebut, yang didominasi oleh tanah lapuk, menjadi faktor utama penyebab longsor. Ketiadaan benteng pengaman di sisi jalan dan minimnya tanaman pelindung semakin memperparah kondisi tersebut.
Kontur tanah yang labil dan curah hujan yang tinggi menyebabkan tebing mudah longsor. Hal ini menunjukkan pentingnya memperhatikan aspek keamanan dan kestabilan tanah dalam pembangunan infrastruktur di wilayah rawan bencana. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat infrastruktur di masa mendatang.
Kondisi ini membuat jalur selatan rawan longsor saat hujan deras. Perlu adanya evaluasi dan perbaikan infrastruktur jalan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Pentingnya memperhatikan faktor geologi dan lingkungan dalam pembangunan infrastruktur menjadi poin penting yang harus dipertimbangkan.
Kesimpulan
Longsor di JLS Tulungagung menyoroti pentingnya memperhatikan faktor geologi dan lingkungan dalam pembangunan infrastruktur, serta perlunya sistem mitigasi bencana yang efektif. Kejadian ini juga menunjukkan pentingnya pemantauan kondisi jalan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam di wilayah rawan longsor.