Lonjakan Serangan Siber di Inggris Raya: Ancaman dari Iran, China, Rusia, dan Korea Utara
Inggris Raya mengalami peningkatan signifikan serangan siber sejak September 2024, dengan Iran, China, Rusia, dan Korea Utara diidentifikasi sebagai ancaman utama, ungkap CEO NCSC.
Inggris Raya menghadapi peningkatan dramatis serangan siber sejak September 2024 hingga Mei 2025. CEO Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris (NCSC), Richard Horne, mengungkapkan hal ini dalam konferensi CYBERUK 2025 di Manchester. Lonjakan serangan ini dikategorikan sebagai 'signifikan secara nasional', dengan jumlah insiden yang meningkat tajam dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Horne memaparkan bahwa NCSC telah menangani lebih dari 200 insiden serangan siber. Angka ini menunjukkan peningkatan dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini menunjukkan peningkatan intensitas dan skala serangan yang diarahkan ke infrastruktur siber Inggris Raya.
Peningkatan serangan siber ini tidak terjadi secara kebetulan. Horne menjelaskan bahwa negara-negara yang memiliki agenda geopolitik tertentu sedang aktif mengeksploitasi kelemahan dalam sistem keamanan siber Inggris. Ancaman ini bersifat nyata dan langsung, memerlukan respons cepat dan efektif dari pemerintah dan sektor swasta.
Ancaman Geopolitik di Balik Serangan Siber
Menurut Horne, beberapa negara telah diidentifikasi sebagai sumber ancaman langsung terhadap keamanan siber Inggris Raya. Negara-negara tersebut antara lain Iran, China, dan Korea Utara. Ketiga negara ini diduga memiliki motif dan kemampuan untuk melakukan serangan siber skala besar yang dapat mengganggu infrastruktur penting dan keamanan nasional Inggris.
Selain ketiga negara tersebut, Rusia juga menjadi sorotan. NCSC dan MI5, dinas intelijen keamanan dalam negeri Inggris, telah menemukan bukti hubungan langsung antara aktivitas siber Rusia dan ancaman terhadap keamanan Inggris. Ini menunjukkan bahwa ancaman siber tidak hanya berasal dari aktor negara yang berbeda, tetapi juga terkoordinasi dan terintegrasi.
Penting untuk dicatat bahwa serangan siber ini tidak hanya terbatas pada lembaga pemerintahan. Sektor swasta juga menjadi target utama, mengingat ketergantungan yang semakin besar pada infrastruktur digital. Serangan siber yang berhasil dapat mengakibatkan kerugian finansial yang besar, pencurian data sensitif, dan gangguan layanan publik.
Langkah-langkah Antisipasi dan Pertahanan Siber
Pemerintah Inggris Raya, melalui NCSC, telah meningkatkan upaya untuk menanggulangi ancaman siber yang meningkat. Hal ini meliputi peningkatan kerjasama internasional, peningkatan investasi dalam teknologi keamanan siber, dan peningkatan kesadaran publik tentang keamanan siber. Upaya-upaya ini bertujuan untuk melindungi infrastruktur kritis dan mengurangi kerentanan terhadap serangan siber.
Namun, upaya ini membutuhkan kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Peningkatan kesadaran publik tentang praktik keamanan siber yang baik sangat penting untuk mengurangi risiko serangan siber. Hal ini termasuk penggunaan kata sandi yang kuat, pembaruan perangkat lunak secara teratur, dan kewaspadaan terhadap upaya phishing.
Selain itu, investasi dalam teknologi keamanan siber yang canggih dan pelatihan tenaga ahli di bidang keamanan siber juga sangat krusial. Dengan meningkatkan kemampuan pertahanan siber, Inggris Raya dapat mengurangi dampak negatif dari serangan siber dan melindungi infrastruktur pentingnya.
Kesimpulannya, lonjakan serangan siber yang signifikan di Inggris Raya menyoroti pentingnya kerja sama internasional dan investasi dalam keamanan siber. Ancaman dari berbagai negara, termasuk Iran, China, Rusia, dan Korea Utara, menuntut respons yang komprehensif dan proaktif untuk melindungi keamanan nasional dan infrastruktur kritis Inggris Raya. Peningkatan kesadaran publik dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan sektor swasta menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini.