Mama Bamboo: Perempuan NTT Sukses Go Internasional, Lestarikan Lingkungan Lewat Bambu
Dua perempuan dari NTT, Mama Paula dan Mama Florentina, mempresentasikan praktik pelestarian lingkungan berbasis bambu di World Expo 2025 Osaka, Jepang, membuktikan peran perempuan dalam pembangunan berkelanjutan.
Osaka, Jepang, 5 Mei 2024 - Indonesia kembali menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Kali ini, bukan hanya inovasi teknologi atau prestasi olahraga, melainkan praktik pelestarian lingkungan yang berkelanjutan dari Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diangkat ke panggung dunia. Dua perempuan inspiratif, yang dikenal sebagai "Mama Bamboo", yaitu Mama Paula Thresia dan Mama Florentina Ceme Owa, diundang untuk memaparkan pengalaman mereka dalam melestarikan lingkungan melalui pemanfaatan bambu di World Expo 2025 Osaka, Kansai, Jepang.
Partisipasi Mama Bamboo dalam pameran internasional ini merupakan bukti nyata bahwa pembangunan berkelanjutan dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan perempuan. Kehadiran mereka di Women’s Paviliun World Expo 2025 Osaka, dengan tema "Empowered Woman and Bamboo: The Indonesia New Normal", menjadi sorotan dan inspirasi bagi dunia. Koordinator Kabupaten Manggarai Timur Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL), Maria Wuda, menekankan pentingnya peran perempuan dalam upaya ini: "Ini menjadi bukti nyata pembangunan berkelanjutan dapat berjalan berdampingan dengan pelibatan peran perempuan."
Di Osaka, Mama Bamboo tidak hanya berbagi cerita, tetapi juga memperkenalkan berbagai produk inovatif berbahan dasar bambu yang telah mereka kembangkan. Mereka menunjukkan bagaimana bambu, yang merupakan bagian integral dari budaya dan kehidupan masyarakat NTT, dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Mengenal Lebih Dekat Mama Bamboo dan Inovasi Bambu
Mama Paula, mewakili Desa Mokel Morid, menjelaskan betapa eratnya hubungan bambu dengan kehidupan masyarakat NTT. "Bambu adalah budaya dan bagian penting dari kehidupan sehari-hari perempuan di Desa Mokel Morid, mulai dari lahir hingga meninggal dunia, semua berkaitan dengan bambu." Oleh karena itu, pelestarian bambu menjadi misi utama mereka. Upaya pelestarian dilakukan melalui pembibitan dan penanaman bambu, terutama di sekitar sumber mata air dan lahan kritis.
Sementara itu, Mama Florentina dari Desa Wolowea, berbagi cerita tentang bagaimana kelompok perempuan, yang disebut kelompok Delima, mampu menciptakan perubahan melalui pemanfaatan bambu. "Perempuan desa dapat menjadi motor perubahan ketika mereka bersatu dan percaya dengan kekuatan mereka. Terkadang peran perempuan dilupakan, khususnya di desa. Melalui kelompok Delima, kami mulai menyadari bagaimana bambu dan budaya harus terus tumbuh," ujarnya. Mereka aktif dalam pembibitan dan penanaman bambu, serta pengolahannya menjadi berbagai produk.
Berkat kerja keras dan inovasi mereka, Mama Bamboo berhasil memproduksi berbagai produk unggulan, antara lain teh bambu, biochar, asap cair, sistem irigasi tetes, arang, anyaman bambu, dan berbagai kerajinan bambu lainnya. Hal ini membuktikan bahwa pelestarian lingkungan dapat beriringan dengan peningkatan ekonomi masyarakat.
Ketua YBLL, Monica Tanuhandaru, menambahkan bahwa kelompok Mama Bamboo juga aktif mengelola kawasan hutan yang telah mendapat izin kelola sejak 2022. Lebih dari seribu batang bambu telah ditanam, dengan target dampak yang lebih besar pada tahun 2025. Inisiatif ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk Environmental Family Foundation dan Cartier Osaka.
Dukungan dan Harapan untuk Masa Depan
Maria Wuda kembali menegaskan pentingnya peran perempuan dalam pelestarian alam dan pengelolaan pangan. "Perempuan memegang peranan penting dalam pelestarian alam, produksi dan pengelolaan pangan, dari ladang hingga meja makan. Untuk itu, tidak tepat jika ada upaya yang melepaskan peran perempuan dalam pengelolaan alam dan pangan." Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya inklusivitas dan pemberdayaan perempuan dalam pembangunan berkelanjutan.
Selain memamerkan inovasi Mama Bamboo, Women’s Paviliun World Expo 2025 Osaka juga menampilkan dua sepeda bambu karya Singgih S Kartono, yaitu Spedagi tipe GoRo dan Rodacilik 02. Hal ini semakin memperkuat pesan tentang potensi bambu sebagai bahan baku yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Keberhasilan Mama Bamboo menginspirasi banyak pihak. Kisah mereka membuktikan bahwa perempuan di daerah terpencil pun dapat berkontribusi besar dalam pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Semoga kisah inspiratif ini dapat mendorong lebih banyak perempuan untuk terlibat aktif dalam upaya pelestarian lingkungan dan pemberdayaan ekonomi di Indonesia.