Meditasi dan Penanaman Pohon Bodhi Sambut Waisak di TMII
Umat Buddha di Jakarta menggelar meditasi, menanam pohon Bodhi dan Sala di TMII, sebagai rangkaian peringatan Hari Raya Tri Suci Waisak 2569 BE/2025, mengingatkan pentingnya pelestarian alam.
Peringatan Hari Raya Tri Suci Waisak 2569 BE/2025 di Jakarta diwarnai dengan kegiatan meditasi bersama dan penanaman pohon Bodhi (Ficus Religiosa) dan Sala (Shorea Robusta) oleh umat Buddha di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Kegiatan yang diselenggarakan pada 21 April 2025 ini melibatkan ratusan umat Buddha dan bertepatan dengan perayaan Hari Bumi. Kegiatan ini diinisiasi oleh Keluarga Besar Abdi Negara, termasuk TNI dan Polri, dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama (Kemenag), Supriyadi, menyatakan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat berkontribusi pada gerakan lingkungan yang lebih luas. "Dari kegiatan ini, Ditjen Bimas Buddha Kemenag berharap dapat berkontribusi dalam gerakan lingkungan yang lebih luas serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam," ujar Supriyadi dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Sebelum melakukan meditasi dan penanaman pohon, para umat Buddha membersihkan altar dan taman di Wihara Arya Dwipa Arama. Kegiatan ini memiliki makna mendalam secara lingkungan, spiritual, dan sosial, mengingat pohon Bodhi sebagai simbol pencerahan Siddhartha Gautama dan pohon Sala sebagai tempat Sang Buddha mencapai Parinibbana. Selain itu, pohon-pohon ini juga memiliki peran ekologis yang penting dalam menyerap karbon, menjaga kualitas air dan tanah, serta mengurangi polusi udara.
Makna Mendalam Penanaman Pohon Bodhi dan Sala
Penanaman pohon Bodhi dan Sala memiliki makna yang sangat dalam bagi umat Buddha. Pohon Bodhi, tempat Sang Buddha mencapai pencerahan, menjadi simbol spiritual yang sangat penting. Sementara itu, pohon Sala dikaitkan dengan peristiwa Parinibbana, atau wafatnya Sang Buddha. Kedua pohon ini memiliki nilai historis dan spiritual yang tinggi dalam ajaran Buddha.
Selain aspek spiritual, penanaman pohon ini juga memiliki dampak positif bagi lingkungan. Pohon Bodhi dan Sala dikenal memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida, menjaga kualitas air dan tanah, serta mengurangi polusi udara. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya memiliki makna religius, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Kegiatan penanaman pohon ini juga sejalan dengan peringatan Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April 2025. Hal ini menunjukkan kepedulian umat Buddha terhadap kelestarian lingkungan dan komitmen mereka untuk menjaga alam.
Rangkaian Kegiatan Waisak Lainnya
Selain meditasi dan penanaman pohon, rangkaian kegiatan Waisak juga meliputi pengambilan air suci dari kompleks suci yang telah dibacakan paritta. Air suci ini akan diberkati sebelum digunakan dalam berbagai ritual keagamaan. Pada tanggal 4 Mei 2025, akan dilaksanakan karya bakti dan doa bersama di makam pahlawan di seluruh Indonesia.
Puncak perayaan Hari Waisak akan jatuh pada tanggal 12 Mei 2025, dengan kegiatan mengelilingi rumah ibadah dan melaksanakan Puja Bakti. "Kita akan mengelilingi rumah ibadah dan melaksanakan Puja Bakti. Semoga membawa berkah bagi kita semua," kata Supriyadi.
Direktur Operasional TMII, Arie Prasetyo, menyambut positif kegiatan tersebut, mengingat TMII saat ini memiliki 32 anjungan, 18 museum, dan berbagai wahana yang terbuka untuk kolaborasi lintas komunitas dan agama. "TMII tidak akan sukses dan manfaat besar tanpa kerja sama berbagai komunitas, termasuk komunitas keagamaan. Kami terbuka untuk kolaborasi," ujarnya.
Kegiatan ini menunjukkan sinergi antara kegiatan keagamaan dan kepedulian lingkungan. Melalui meditasi dan penanaman pohon, umat Buddha tidak hanya memperingati Hari Waisak, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga kelestarian alam dan memperkuat nilai-nilai persatuan dan kebersamaan.