Menkes: Skrining Kesehatan Jiwa Kini Terintegrasi di Pemeriksaan Kesehatan Gratis
Kementerian Kesehatan mengintegrasikan skrining kesehatan jiwa dalam program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) untuk mendeteksi dini gangguan jiwa pada anak usia SD hingga lansia guna mengatasi masalah kesehatan jiwa yang selama ini kurang terdiagnosis d
Jakarta, 22 Januari 2024 - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI meluncurkan program skrining kesehatan jiwa terintegrasi dalam program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG). Program ini menargetkan anak usia sekolah dasar (usia 7 tahun) hingga lansia. Langkah ini diambil untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa yang selama ini terabaikan dan kurang terdiagnosis di Indonesia.
Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), satu dari delapan orang di dunia mengalami gangguan jiwa. Dengan populasi Indonesia yang besar, angka ini menunjukkan jutaan warga negara kita berpotensi mengalami masalah kesehatan mental. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan keprihatinan terhadap rendahnya kesadaran dan akses terhadap skrining kesehatan jiwa. Beliau menuturkan, "Masalah kesehatan jiwa seringkali mengalami stigma negatif, seperti halnya HIV. Orang enggan mengakui kondisi tersebut, bahkan di internet pun jarang ada yang terbuka membahasnya. Karena itulah, Kemenkes berkomitmen untuk mengatasi permasalahan ini."
Integrasi skrining kesehatan jiwa ke dalam PKG merupakan langkah penting. Pemeriksaan kesehatan jiwa dinilai sama pentingnya dengan pemeriksaan kesehatan fisik dasar, seperti pengecekan darah. Metode skrining yang digunakan dalam PKG berupa kuesioner untuk mengidentifikasi potensi gangguan mental, seperti ADHD, bulimia, gangguan makan, autisme, dan gangguan neurologis lainnya. Hasil skrining akan menentukan langkah penanganan selanjutnya.
Penanganan masalah kesehatan jiwa dapat berupa konsultasi dengan psikolog atau terapi farmakologis (pengobatan) tergantung tingkat keparahan gangguan yang dialami. Kemenkes juga tengah berupaya memperluas akses layanan kesehatan jiwa hingga ke Puskesmas, minimal berupa layanan konsultasi psikologis. "Untuk layanan pengobatan farmakologis, akan kita evaluasi lebih lanjut," tambah Menkes Budi.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi gejala depresi tertinggi terdapat pada kelompok anak muda (15-24 tahun), terutama perempuan, dengan pendidikan menengah pertama ke bawah, pengangguran, pelajar, dan pekerja tanpa keahlian khusus. Secara nasional, prevalensi depresi di seluruh kelompok usia mencapai 1,4 persen, dengan Jawa Barat memiliki angka tertinggi dan Bali terendah.
Ironisnya, hanya 10,4 persen anak muda dengan depresi yang mencari pengobatan. Kelompok dengan prevalensi depresi tertinggi ini justru yang paling sedikit mendapatkan akses pengobatan. Program skrining kesehatan jiwa di PKG diharapkan dapat meningkatkan deteksi dini dan akses terhadap layanan kesehatan jiwa yang tepat.
Dengan adanya program skrining kesehatan jiwa di PKG, Kemenkes berharap dapat mendeteksi dini gangguan jiwa dan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan jiwa. Hal ini penting untuk mengurangi dampak buruk gangguan jiwa dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.