Parade Ogoh-Ogoh Tabanan: Pesan Lestari Lingkungan di Balik Karya Seni Raksasa
Puluhan ogoh-ogoh di Parade Singgasana II Tabanan, Bali, tampilkan pesan kuat pelestarian lingkungan, dengan karya seni raksasa yang mengagumkan.
Parade ogoh-ogoh di Kabupaten Tabanan, Bali, pada Sabtu, 15 Maret 2025, menyuguhkan lebih dari sekadar atraksi seni budaya. Sebanyak sepuluh kecamatan berpartisipasi dalam Parade Singgasana II, menampilkan puluhan ogoh-ogoh dengan tema utama pelestarian lingkungan hidup. Acara yang dibuka langsung oleh Bupati Tabanan, Komang Gede Sanjaya, ini berhasil menarik perhatian banyak warga dan menyoroti pentingnya menjaga kelestarian alam.
Salah satu ogoh-ogoh yang paling mencuri perhatian adalah Amuk Sang Wananing Bhuta Raja. Karya seni raksasa ini, hasil kolaborasi Sekaa Truna Tunas (STT) Mekar Banjar Meliling Kangin, Desa Meliling, Kecamatan Kerambitan, secara visual menyampaikan pesan kuat tentang dampak kerusakan lingkungan akibat ulah manusia. Ogoh-ogoh ini dibuat dengan bahan-bahan ramah lingkungan, selaras dengan tema besar parade tersebut.
Bupati Sanjaya menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mendukung pelestarian budaya dan adat Bali. Ia juga menyampaikan komitmennya untuk melanjutkan program pembangunan menuju Tabanan era baru yang lebih madani, termasuk mendukung kreativitas pemuda melalui festival-festival seperti ini. Antusiasme masyarakat yang memadati lokasi acara menunjukkan apresiasi tinggi terhadap upaya pelestarian budaya dan lingkungan tersebut.
Amuk Sang Wananing Bhuta Raja: Amarah Sang Penguasa Hutan
I Gede Widiantara, arsitek di balik ogoh-ogoh Amuk Sang Wananing Bhuta Raja, menjelaskan makna di balik karya seninya. "Amuk Sang Wananing Bhuta Raja," katanya, "bisa diartikan amarah dari penguasa hutan karena kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia." Ogoh-ogoh ini, yang pengerjaannya memakan waktu tiga bulan, menggambarkan kekhawatiran akan dampak buruk kerusakan hutan dan lingkungan terhadap kehidupan manusia, terutama di tengah cuaca ekstrem yang masih terjadi.
Widiantara menambahkan bahwa pembuatan ogoh-ogoh ini berjalan lancar tanpa kendala berarti, termasuk ketersediaan dana. Pesan yang ingin disampaikan melalui karya ini sangat jelas: manusia harus mulai menjaga hutan dan alam dengan baik untuk menghindari mara bahaya di masa mendatang. Karya ini menjadi refleksi mendalam tentang tanggung jawab manusia terhadap lingkungan.
Bendesa Adat Meliling, I Nyoman Sukarya, turut mengungkapkan kebanggaannya atas partisipasi ogoh-ogoh dari wilayahnya. Ia berharap pemerintah terus mendukung kreativitas anak muda melalui ajang seperti ini, yang menjadi wadah bagi mereka untuk menuangkan ide dan kreativitasnya. Festival Singgasana, menurutnya, merupakan ajang yang sangat penting untuk dilestarikan.
Dukungan Pemerintah dan Harapan untuk Masa Depan
Bupati Tabanan, Komang Gede Sanjaya, dalam sambutannya menyampaikan bahwa parade ogoh-ogoh ini bertujuan untuk membangkitkan kreativitas seka teruna (kelompok pemuda) di Kabupaten Tabanan. Festival ini melibatkan 10 kecamatan dan merupakan bentuk dukungan pemerintah untuk melestarikan budaya dan adat Bali.
Gede Sanjaya juga mengungkapkan bahwa kesuksesan festival pertama mendorong pemerintah untuk mempersiapkan festival kedua dengan lebih matang. Antusiasme masyarakat yang tinggi menjadi bukti apresiasi terhadap acara ini. Ia pun berjanji untuk mengadakan festival serupa tahun depan dengan skala yang lebih besar dan meriah.
Sebagai penutup, Bupati Sanjaya menegaskan komitmennya untuk melanjutkan program pembangunan jilid dua menuju Tabanan era baru dan madani. Program ini akan berfokus pada berbagai aspek pembangunan, termasuk pelestarian budaya dan lingkungan, yang sejalan dengan pesan utama yang disampaikan melalui parade ogoh-ogoh tersebut.
Parade Ogoh-Ogoh Singgasana II di Tabanan tidak hanya menjadi perayaan seni budaya Bali, tetapi juga menjadi pengingat pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Melalui karya-karya seni yang inspiratif, pesan pelestarian lingkungan disampaikan dengan cara yang unik dan memikat, sekaligus mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga alam.