Pekalongan Kampanyekan Gerakan Sekolah Kelola Sampah: Wujudkan Generasi Sadar Lingkungan
Pemerintah Kota Pekalongan meluncurkan kampanye pengelolaan sampah mandiri di sekolah-sekolah tingkat TK hingga SMP, guna menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini dan mengurangi dampak sampah.
Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, meluncurkan kampanye inovatif dengan mengajak sekolah-sekolah tingkat Taman Kanak-Kanak (TK)/RA, Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk mengelola sampah secara mandiri. Kampanye ini diluncurkan sebagai upaya untuk menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini dan mengurangi permasalahan sampah di Kota Pekalongan. Inisiatif ini diharapkan mampu menciptakan generasi muda yang peduli terhadap lingkungan dan mampu berkontribusi dalam menjaga kebersihan kota.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Mabruri, menjelaskan bahwa satuan pendidikan memiliki peran krusial dalam pengelolaan sampah. "Oleh karena itu, kami merasa terpanggil untuk berkontribusi dalam persoalan sampah di daerah karena pendidikan adalah pintu awal perubahan perilaku. Semua kepala sekolah berkomitmen untuk mendukung gerakan ini," tegasnya pada Senin, 05 Mei 2024.
Gerakan ini bukan tanpa tantangan. Mabruri mengakui adanya kendala keterbatasan lahan, anggaran, dan sumber daya manusia, terutama di tingkat TK/RA. Namun, ia menekankan pentingnya pendekatan khusus dan kesabaran dari para pendidik untuk mengatasi tantangan tersebut. Komitmen dan kolaborasi semua pihak sangat diperlukan untuk keberhasilan program ini.
Sekolah Sebagai Pilot Project Pengelolaan Sampah
Beberapa sekolah di Kota Pekalongan telah menjadi contoh nyata dalam pengelolaan sampah. SMP Negeri 8 dan SD Negeri Medono 8 telah memiliki insinerator, alat yang mampu mengurangi emisi asap secara signifikan. "SMP Negeri 8 menggunakan alat permanen, sementara SD Negeri Medono memakai drum modifikasi. Keduanya terbukti efektif," jelas Mabruri. Keberhasilan kedua sekolah ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lain.
Mabruri menambahkan, jika biaya pembuatan alat serupa dapat ditekan hingga di bawah Rp1 juta, maka kemungkinan besar seluruh SMP di Kota Pekalongan dapat memilikinya. Hal ini akan mempercepat dan memperluas dampak positif dari gerakan sekolah kelola sampah.
Lebih lanjut, ia berharap gerakan ini dapat mendorong kolaborasi antar sektor dalam penanganan sampah berbasis pendidikan. Tujuan akhirnya adalah untuk memperkuat budaya lingkungan bersih dan sehat, tidak hanya di sekolah tetapi juga di masyarakat luas. Kolaborasi ini sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang program ini.
Dukungan Wali Kota dan Inovasi Pengelolaan Sampah
Wali Kota Pekalongan, Afzan Arslan Djunaid, memberikan apresiasi tinggi terhadap langkah konkret sekolah-sekolah yang telah memulai pengelolaan sampah mandiri. "Kegiatan ini merupakan bentuk nyata pencanangan gerakan pengelolaan sampah di sekolah. Kami akan mulai dari generasi TK, SD, dan SMP untuk membentuk budaya sadar memilah dan mengelola sampah," katanya. Dukungan penuh dari pemerintah kota menjadi kunci keberhasilan kampanye ini.
Sebagai bagian dari peluncuran gerakan ini, berbagai karya daur ulang sampah dan inisiatif edukatif dipamerkan. Acara ini juga menandai peluncuran video edukasi dan program *awareness* Blue Deal Indonesia-Belanda terkait banjir dan rob. Video edukasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah dalam mengurangi risiko bencana.
Inisiatif ini menunjukkan komitmen nyata Pemerintah Kota Pekalongan dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Dengan melibatkan generasi muda sejak dini, diharapkan kesadaran dan perilaku pengelolaan sampah yang baik dapat tertanam kuat dan berkelanjutan.
Gerakan ini tidak hanya fokus pada pengelolaan sampah secara teknis, tetapi juga menekankan pentingnya edukasi dan perubahan perilaku. Dengan pendekatan yang komprehensif ini, diharapkan Kota Pekalongan dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam upaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Keberhasilan program ini sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Dengan kerja sama yang solid, diharapkan gerakan sekolah kelola sampah ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat Kota Pekalongan.