Pemprov Babel Targetkan Tanam 700 Pohon per Hari untuk Hijaukan Lahan Kritis
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) bertekad menghijaukan kembali lahan kritis dengan menargetkan penanaman 700 pohon setiap harinya, berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Pemprov Babel) menetapkan target ambisius untuk menghijaukan kembali lahan kritis di provinsi penghasil timah terbesar kedua dunia tersebut. Target tersebut adalah penanaman 700 pohon per hari. Upaya ini dilakukan di tujuh kabupaten/kota di Babel, yaitu Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur, dan Kota Pangkalpinang. Inisiatif ini diluncurkan sebagai respons terhadap luasnya lahan kritis yang mencapai 100 ribu hektare.
Penjabat Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kepulauan Babel, Edi Kurniadi, menyatakan bahwa tren tutupan lahan kritis di Babel menunjukkan peningkatan sekitar 20.000 hektare. Hal ini menunjukkan adanya kemajuan dalam upaya pelestarian lingkungan. Namun, tantangan masih besar mengingat luasnya lahan kritis yang perlu direhabilitasi. Program penanaman 700 pohon per hari diharapkan dapat mempercepat proses penghijauan dan memulihkan ekosistem yang rusak.
Strategi Pemprov Babel dalam mencapai target ini melibatkan kolaborasi multipihak. Kerja sama tersebut melibatkan pemerintah kabupaten/kota, Kepolisian Daerah (Polda), Tentara Nasional Indonesia (TNI), berbagai lembaga, kementerian, perusahaan swasta, dan organisasi masyarakat. Kolaborasi ini dinilai krusial untuk memastikan keberhasilan program penanaman pohon dalam skala besar dan berkelanjutan.
Kerja Sama dan Dukungan untuk Penghijauan Babel
Pemprov Babel menyadari bahwa upaya penghijauan lahan kritis membutuhkan kerja sama yang kuat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kolaborasi dengan pemerintah kabupaten/kota, kepolisian, TNI, dan berbagai lembaga lainnya menjadi kunci keberhasilan program ini. Dengan sinergi yang baik, diharapkan target penanaman 700 pohon per hari dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Keterlibatan perusahaan swasta dan organisasi masyarakat juga sangat penting. Perusahaan swasta dapat berkontribusi melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) mereka, sementara organisasi masyarakat dapat berperan dalam edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat. Partisipasi aktif dari semua pihak akan mempercepat proses penghijauan dan memulihkan lingkungan di Babel.
Edi Kurniadi juga menyampaikan dukungannya terhadap Gerakan Penanaman Sejuta Matoa yang digagas oleh Kementerian Agama (Kemenag). Ia melihat program ini selaras dengan upaya Pemprov Babel dalam mengurangi lahan kritis. Penanaman pohon matoa, yang merupakan pohon endemik di Babel, diharapkan dapat berkontribusi signifikan terhadap penghijauan dan pelestarian lingkungan.
Pentingnya Pemeliharaan Lahan Reklamasi
Selain penanaman pohon baru, Pemprov Babel juga menekankan pentingnya pemeliharaan lahan reklamasi. Lahan reklamasi merupakan lahan yang telah terganggu akibat aktivitas pertambangan atau kegiatan lainnya. Pemeliharaan lahan reklamasi sangat penting untuk mencegah kerusakan lingkungan lebih lanjut dan memastikan keberhasilan program penghijauan.
Edi Kurniadi mengimbau masyarakat untuk ikut serta menjaga lahan reklamasi agar penanaman pohon yang telah dilakukan tidak sia-sia. Partisipasi masyarakat sangat penting untuk keberhasilan program penghijauan jangka panjang. Dengan menjaga lahan reklamasi, diharapkan ekosistem dapat pulih dengan lebih cepat dan berkelanjutan.
Upaya menghijaukan kembali Bumi Serumpun Sebalai ini membutuhkan komitmen dan kerja keras dari semua pihak. Dengan target penanaman 700 pohon per hari dan kolaborasi yang kuat, diharapkan lahan kritis di Babel dapat berkurang secara signifikan dan lingkungan hidup dapat terjaga dengan baik.
Program ini tidak hanya bertujuan untuk menghijaukan lahan kritis, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Babel, mengurangi dampak perubahan iklim, dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan lestari bagi masyarakat.