Kebijakan DHE 100 Persen: Stabilkan Cadangan Devisa dan Kurs Rupiah?
Ekonom ungkap kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) 100 persen berhasil menstabilkan cadangan devisa dan nilai tukar rupiah, meskipun tantangan global masih ada.

Presiden Prabowo Subianto menetapkan kebijakan wajib simpan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) 100 persen di dalam negeri selama satu tahun. Kebijakan ini, menurut Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin, telah berhasil menstabilkan arus modal masuk, cadangan devisa, dan nilai tukar Rupiah. Hal ini diungkapkannya dalam wawancara dengan Antara di Jakarta pada Jumat lalu. Kebijakan tersebut memberikan dampak positif pada perekonomian Indonesia, khususnya pada stabilitas nilai tukar Rupiah dan sektor perbankan.
Wijayanto menjelaskan bahwa peningkatan cadangan devisa, yang mencapai 157,1 miliar dolar AS pada akhir Maret 2025, merupakan salah satu dampak positif dari kebijakan ini. Angka ini merupakan rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) dan setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. "Kebijakan ini akan membantu menstabilkan capital inflow, cadev dan nilai tukar Rupiah," ujar Wijayanto.
Selain itu, kebijakan ini juga memberikan kepastian operasional bagi para eksportir di Indonesia. Dengan kebijakan ini, eksportir dapat lebih mudah mengelola devisa mereka dan berkontribusi pada peningkatan cadangan devisa negara. Keberadaan instrumen seperti SVBI dan SUVBI juga mempermudah eksportir menyimpan devisa tanpa kehilangan akses atas likuiditas, sementara bank mendapat jaminan kredit yang lebih kuat.
Kebijakan DHE dan Stabilitas Ekonomi Indonesia
Meskipun memberikan dampak positif, Wijayanto mengingatkan bahwa kebijakan DHE 100 persen belum cukup untuk menghadapi dinamika ekonomi global. Indonesia masih menghadapi tantangan seperti defisit transaksi berjalan (current account deficit) dan potensi menipisnya surplus perdagangan dengan Amerika Serikat akibat kebijakan tarif Donald Trump. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah tambahan untuk memperkuat perekonomian Indonesia.
Ia merekomendasikan beberapa langkah strategis, antara lain memberantas penyelundupan untuk mencegah kebocoran devisa, memperbanyak transaksi antar negara dengan mata uang lokal (local currency), dan memperluas pasar ekspor melalui perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan berbagai negara. Langkah-langkah ini dinilai penting untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Peningkatan cadangan devisa periode Maret 2025 juga didorong oleh beberapa faktor, termasuk peningkatan utang luar negeri dan surplus neraca perdagangan. Efektivitas konversi surplus perdagangan, dikombinasikan dengan penerapan kebijakan DHE SDA, telah berkontribusi signifikan terhadap perbaikan cadangan devisa.
Dampak Jangka Panjang Kebijakan DHE
Kebijakan DHE 100 persen tidak hanya berfokus pada peningkatan cadangan devisa dan stabilitas nilai tukar Rupiah, tetapi juga bertujuan untuk mengubah arah ekonomi nasional. Indonesia berupaya beralih dari ekonomi yang terlalu bergantung pada arus modal asing menuju ekonomi yang berbasis kekuatan internal, terutama ekspor SDA.
Dengan pengendalian likuiditas valas yang lebih baik, perbankan yang lebih agresif dalam menyalurkan kredit produktif, dan stabilitas moneter yang terjaga, Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat kemandirian ekonomi tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Penempatan DHE dalam negeri juga memperkuat peran sektor ekspor sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Dengan demikian, kebijakan ini memiliki dampak jangka panjang yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.
Kesimpulannya, kebijakan DHE 100 persen telah memberikan kontribusi positif terhadap stabilitas ekonomi Indonesia, khususnya dalam hal cadangan devisa dan nilai tukar Rupiah. Namun, tantangan global masih perlu diantisipasi dengan langkah-langkah strategis tambahan untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia.