Pengangguran di Jabar Naik 1,04 Persen, BPS: Ada Kemungkinan Akibat PHK
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat peningkatan pengangguran sebesar 1,04 persen di Februari 2025, dengan kemungkinan penyebab utamanya adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Bandung, 05 Mei 2025 (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat melaporkan peningkatan jumlah pengangguran tahunan (year on year/yoy) pada Februari 2025. Peningkatan ini, menurut BPS, berpotensi disebabkan oleh meningkatnya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Data yang dirilis Senin ini menunjukkan dampak yang signifikan terhadap pasar kerja Jawa Barat.
Berdasarkan data BPS, terdapat 1,81 juta orang menganggur di Jawa Barat pada Februari 2025. Angka ini meningkat dibandingkan Februari 2024 yang tercatat 1,79 juta orang, menunjukkan kenaikan sebesar 0,02 juta (20 ribu) orang atau 1,04 persen. Kepala BPS Jabar, Darwis Sitorus, menjelaskan bahwa berbagai faktor perlu dipertimbangkan, termasuk pertambahan penduduk.
"Jadi kalau dilihat kan memang ada penambahan pengangguran sebanyak 0,02 juta orang, artinya kan kita juga harus memperhitungkan berbagai faktor lainnya, semisal ada pertambahan penduduk begitu ya," ungkap Darwis Sitorus dalam konferensi pers di Gedung BPS Jabar, Bandung.
Analisis BPS Terhadap Peningkatan Pengangguran
Isti Larasati Widiastuty, Statistisi Ahli Madya (Ketua Tim Statistik Sosial) BPS Jabar, menjelaskan bahwa peningkatan angka pengangguran ini terdiri dari penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang, saat disurvei, tidak bekerja, mencari pekerjaan, atau mempersiapkan usaha. Banyak faktor yang berkontribusi, termasuk PHK.
"Jadi dalam sepekan terakhir ketika disurvei, mereka itu tidak bekerja dan itu karena berbagai faktor, bisa juga dampak dari PHK," jelas Isti Larasati kepada Antara.
Meskipun jumlah pengangguran meningkat, BPS mencatat penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Barat. Pada Februari 2025, TPT tercatat sebesar 6,74 persen, turun 0,17 persen poin dari 6,91 persen pada periode sebelumnya. Penurunan TPT mengindikasikan adanya peningkatan efisiensi penyerapan tenaga kerja meskipun jumlah pengangguran secara absolut meningkat.
Jumlah penduduk yang bekerja di Jawa Barat mencapai 24,99 juta orang. Sektor buruh/pegawai mendominasi dengan persentase 40,58 persen, diikuti oleh mereka yang berusaha sendiri sebesar 22,53 persen.
Tingkat Pengangguran Lulusan SMK Tertinggi
Data BPS juga menunjukkan bahwa tingkat pengangguran tertinggi terdapat pada lulusan SMK, yaitu 12,42 persen. Angka ini diikuti oleh lulusan diploma IV, S1, S2, dan S3 (9,47 persen), serta lulusan SMA (9,28 persen). Kondisi ini perlu diteliti lebih lanjut.
Isti Larasati menjelaskan, "Bisa karena link and match yang kurang pas. Tapi perlu di dalami juga dengan kajian yang lebih dalam berapa lama juga lulusan bisa dapat kerja setelah lulus. Karena biasanya di kita juga ada budaya pilih-pilih atau menunggu pekerjaan yang lebih pas gitu, nah ini perlu didalami." Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan kualitas pendidikan vokasi dan penyesuaian antara kebutuhan pasar kerja dengan keterampilan lulusan.
Meskipun jumlah pengangguran meningkat, dari sisi TPT, Jawa Barat menunjukkan tren positif secara nasional, menempati peringkat ketiga pada tahun 2025. Peringkat ini dihitung dengan mempertimbangkan jumlah angkatan kerja, sehingga trennya berbeda dengan kenaikan jumlah pengangguran.
"Kalau secara nasional, TPT Jabar tidak lagi yang pertama seperti 2024 lalu. Tapi di ketiga di bawah Papua dan Kepulauan Riau," tambah Isti Larasati.
Sektor Pekerjaan dan Penyerapan Tenaga Kerja
BPS juga merilis data mengenai proporsi pekerja formal (44,11 persen) dan informal (55,89 persen). Sektor perdagangan menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja (23,10 persen), diikuti oleh industri pengolahan (18,12 persen) dan pertanian (15,57 persen).
Sektor perdagangan juga menjadi lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja selama periode Februari 2024-Februari 2025, yaitu sebanyak 0,56 juta (560 ribu) orang. Data ini memberikan gambaran mengenai dinamika pasar kerja di Jawa Barat dan sektor-sektor yang paling berperan dalam penyerapan tenaga kerja.
Kesimpulannya, peningkatan jumlah pengangguran di Jawa Barat perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Meskipun TPT menunjukkan tren penurunan, peningkatan jumlah pengangguran dan tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan SMK memerlukan strategi yang tepat untuk meningkatkan link and match antara pendidikan dan dunia kerja serta mengurangi dampak PHK.