Peringatan BMKG: Cuaca Ekstrem Ancam Maluku Utara
BMKG memperingatkan potensi cuaca ekstrem di Maluku Utara pada 13-19 Februari 2025, dengan potensi hujan lebat dan angin kencang yang dapat menyebabkan banjir, tanah longsor, dan bencana hidrometeorologi lainnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Babullah Ternate memberikan peringatan serius terkait potensi cuaca ekstrem yang akan melanda Maluku Utara (Malut). Peringatan ini berlaku selama periode 13-19 Februari 2025, mencakup sebagian besar wilayah provinsi tersebut.
Ancaman Cuaca Ekstrem di Maluku Utara
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Babullah Ternate, Sakimin, menjelaskan bahwa pola konvergensi dan belokan massa udara menjadi penyebab utama peningkatan pertumbuhan awan hujan. Kondisi ini berpotensi menghasilkan cuaca ekstrem di Malut. Prakiraan cuaca menunjukkan kondisi berawan hingga hujan ringan secara umum, namun potensi hujan sedang hingga lebat sangat mungkin terjadi secara fluktuatif sepanjang siang, sore, malam, dan dini hari.
BMKG menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap dampak hidrometeorologi. Banjir, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, penurunan jarak pandang, dan angin kencang merupakan ancaman nyata yang perlu diantisipasi.
Rincian Prakiraan Cuaca Ekstrem
Prakiraan lebih detail menunjukkan potensi hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah Malut. Pada 13-14 Februari, Kabupaten Pulau Morotai, Halmahera Utara, Halmahera Timur, Halmahera Barat, dan Pulau Taliabu serta sekitarnya diprediksi akan mengalami hujan deras. Sedangkan pada 15-16 Februari, potensi hujan ekstrem bergeser ke Pulau Morotai, Halmahera Utara, Halmahera Timur, Halmahera Tengah, dan Halmahera Selatan.
Puncaknya, pada 17-19 Februari, potensi hujan sedang hingga lebat diperkirakan meluas ke seluruh wilayah Malut, termasuk Kepulauan Sula dan Pulau Taliabu. Ini menuntut kesiapsiagaan maksimal dari seluruh pihak.
Imbauan dan Persiapan Menghadapi Bencana
Menyikapi potensi bencana hidrometeorologi ini, BMKG mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk melakukan berbagai langkah antisipasi. Penting untuk memastikan kesiapan infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air guna mengurangi dampak curah hujan tinggi dan angin kencang. Koordinasi dan komunikasi antar-pihak terkait juga harus diperkuat untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana.
Masyarakat juga memiliki peran penting. Mengenali potensi bencana di lingkungan masing-masing dan menerapkan langkah-langkah mitigasi, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kebersihan lingkungan, sangat krusial. Selalu memperbarui informasi cuaca melalui sumber resmi BMKG juga sangat dianjurkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
Kesimpulannya, peringatan dini BMKG ini harus direspon serius oleh seluruh masyarakat Maluku Utara. Kesadaran dan kesiapsiagaan bersama merupakan kunci untuk meminimalisir dampak buruk dari cuaca ekstrem yang diprediksi akan terjadi.