Produksi Padi Sulteng Turun 7,24 Persen di 2024, BPS Ungkap Penyebabnya
Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng melaporkan penurunan produksi padi pada 2024 sebesar 7,24 persen, disebabkan penurunan produktivitas dan luas panen di beberapa wilayah.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) baru-baru ini merilis data yang menunjukkan penurunan produksi padi pada tahun 2024. Produksi padi di Sulteng sepanjang tahun 2024 tercatat sebesar 761.936 ton gabah kering giling (GKG), mengalami penurunan sebesar 59.431 ton GKG atau 7,24 persen dibandingkan tahun 2023. Penurunan ini terjadi di beberapa wilayah penghasil padi utama di Sulteng, dengan beberapa kabupaten justru mengalami peningkatan produksi.
Kepala BPS Sulteng, Simon Sapary, menjelaskan bahwa produksi padi tertinggi pada tahun 2024 terjadi pada bulan Oktober dengan angka 131.120 ton GKG, sedangkan produksi terendah tercatat pada bulan Februari, yaitu sekitar 20.940 ton GKG. Penurunan produksi terjadi di setiap sub-ronde, dengan penurunan paling signifikan terjadi pada sub-ronde kedua (Mei-Agustus).
Menurut Simon, penurunan produksi padi ini disebabkan oleh dua faktor utama: penurunan produktivitas padi dan penurunan luas panen. Penurunan luas panen terjadi pada sub-ronde pertama (Januari-April) sebesar 1.119 hektare dan sub-ronde kedua (Mei-Agustus) sebesar 4.839 hektare dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023. Hanya pada sub-ronde ketiga (September-Desember) terjadi peningkatan luas panen sebesar 865 hektare.
Analisis Penurunan Produksi Padi di Sulteng
BPS Sulteng mencatat penurunan produksi padi di beberapa kabupaten penghasil padi utama, seperti Kabupaten Poso, Banggai, dan Sigi. Namun, ada beberapa kabupaten yang justru mengalami peningkatan produksi, yaitu Kabupaten Toli-Toli dan Tojo Una-una. Hal ini menunjukkan adanya disparitas dalam produktivitas dan luas panen padi antar daerah di Sulteng.
Lebih lanjut, Simon Sapary menjelaskan, "Penurunan produksi padi tersebut disebabkan karena adanya penurunan produktivitas padi pada subround Januari − April 2024, serta penurunan luas panen padi pada subround Januari − April 2024 sebesar 1.119 hektare dan Mei-Agustus 2024 sebesar 4.839 hektare dibandingkan periode yang sama pada 2023."
Data BPS juga menunjukkan bahwa tiga kabupaten/kota dengan produksi padi tertinggi pada tahun 2024 adalah Kabupaten Parigi Moutong, Banggai, dan Sigi. Sebaliknya, tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah adalah Kabupaten Banggai Laut, Banggai Kepulauan, dan Kota Palu.
Perlu dilakukan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor spesifik yang menyebabkan penurunan produktivitas dan luas panen di beberapa wilayah. Kondisi iklim, ketersediaan air irigasi, dan akses terhadap teknologi pertanian modern mungkin menjadi beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan.
Dampak Penurunan Produksi Padi terhadap Konsumsi Beras
Penurunan produksi padi juga berdampak pada produksi beras. BPS memperkirakan produksi beras di Sulteng pada tahun 2024 setara dengan 449.755 ton, mengalami penurunan sebesar 35.081 ton atau 7,24 persen dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 484.836 ton. Ini menunjukkan pentingnya upaya untuk meningkatkan produksi padi guna memenuhi kebutuhan beras di Sulteng.
Data realisasi luas panen padi di Sulteng sepanjang tahun 2024 mencapai sekitar 172.606 hektare, mengalami penurunan sebesar 5.093 hektare dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan luas panen ini menjadi salah satu faktor penting yang berkontribusi terhadap penurunan produksi padi secara keseluruhan.
Pemerintah daerah dan stakeholder terkait perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah ini. Peningkatan produktivitas melalui penyediaan bibit unggul, pupuk berkualitas, dan pelatihan bagi petani sangatlah penting. Selain itu, perlu juga dilakukan upaya untuk meningkatkan luas lahan sawah dan memperbaiki sistem irigasi.
Kesimpulannya, penurunan produksi padi di Sulteng pada tahun 2024 merupakan tantangan yang perlu diatasi. Upaya kolaboratif antara pemerintah, petani, dan pihak terkait sangat penting untuk meningkatkan produksi padi dan ketahanan pangan di Sulawesi Tengah.