Program MBG: Solusi Kesejahteraan Petani dan Pertumbuhan Ekonomi?
Akademisi nilai Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tingkatkan kesejahteraan petani lewat penyerapan hasil pertanian optimal dan pertumbuhan ekonomi.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tengah menjadi sorotan setelah dinilai mampu memberikan dampak positif pada kesejahteraan petani di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Dr. Mofit Jamroni, akademisi dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, di Kota Malang, Jawa Timur pada Jumat lalu. Menurutnya, MBG memberikan kepastian pasar bagi hasil pertanian para petani.
Dr. Mofit menjelaskan bahwa keberhasilan MBG bergantung pada penyerapan hasil pertanian secara optimal. Dengan adanya program ini, petani mendapatkan kepastian harga dan pasar untuk hasil panen mereka. "Pemerintah bisa menangkap bahwa dengan melaksanakan MBG bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini bagi petani. Artinya petani ini kan mendapatkan kepastian harga," ungkap Dr. Mofit.
Program MBG melibatkan banyak pihak dan mengakomodasi kebutuhan petani akan pasar yang pasti. Hal ini menjadi kunci keberhasilan program dalam menunjang perekonomian petani dan menyediakan bahan baku makanan bergizi bagi masyarakat. Sistem ini dinilai relevan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani dan selaras dengan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) di setiap daerah.
Dampak MBG terhadap Kesejahteraan Petani
Dr. Mofit menekankan pentingnya kolaborasi dalam pelaksanaan MBG. Ia menyoroti peran RAD-PG dalam memastikan ketersediaan pangan di setiap daerah. "Setiap daerah punya itu (RAD-PG), yang membuatnya itu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) terkait ketersediaan dan keterjangkauan, misalnya kalau Kota Malang tidak punya beras, mengambilnya dari Wajak terus Madiun," jelasnya. Ia juga mendorong pemerintah untuk terus melakukan evaluasi dan penyempurnaan teknis pelaksanaan program ini agar manfaatnya dapat dirasakan lebih banyak petani.
Lebih lanjut, Dr. Mofit menambahkan bahwa MBG memiliki tujuan yang baik dan relevan dengan upaya peningkatan gizi masyarakat, seperti program "Empat Sehat Lima Sempurna" di masa lalu. Ia berharap program ini dapat terus ditingkatkan dan diperluas cakupannya untuk memberikan dampak yang lebih signifikan bagi kesejahteraan petani.
Program MBG juga dinilai mampu memberikan dampak positif pada sektor pertanian. Hal ini karena program tersebut menyerap hasil pertanian petani, sehingga memberikan kepastian pasar dan harga bagi komoditas pertanian. Dengan demikian, petani dapat merencanakan produksi dan meningkatkan pendapatan mereka.
Dukungan dan Harapan Terhadap MBG
Dicky Wahyu Firmansyah, Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kota Malang, turut memberikan komentarnya. Ia berharap pemerintah dapat memasifkan pelaksanaan program MBG agar manfaatnya dapat dirasakan lebih luas. Ia mencontohkan pelaksanaan MBG di Kabupaten Malang yang sudah berjalan dengan baik dan sistematis di beberapa sekolah, namun belum menyeluruh.
Dicky juga mengapresiasi kualitas paket makanan yang dibagikan di Kabupaten Malang, yang dinilai sudah sesuai spesifikasi dan kebutuhan gizi pelajar. Ia melihat program MBG memiliki visi yang baik karena dapat memberikan dampak positif bagi petani, khususnya petani sayur. "Kalau dari visi bagus karena bisa memberikan imbas ke petani, salah satunya petani sayur," tuturnya.
Secara keseluruhan, baik akademisi maupun mahasiswa menilai Program MBG memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan pertumbuhan ekonomi. Namun, perlu adanya evaluasi dan penyempurnaan berkelanjutan agar program ini dapat berjalan optimal dan memberikan manfaat yang maksimal bagi seluruh pihak yang terlibat.
Keberhasilan program MBG juga bergantung pada kolaborasi antar berbagai pihak, termasuk pemerintah, petani, dan lembaga terkait. Dengan sinergi yang kuat, diharapkan program ini dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional.