Ramadan 2025: Antara Kenaikan Harga dan Upaya Pemerintah Mewujudkan Bulan Suci yang Menyenangkan dan Mentenangkan
Jelang Ramadan 1446 H, kenaikan harga kebutuhan pokok menjadi perhatian, namun pemerintah berupaya mewujudkan suasana bulan suci yang menyenangkan dan menenangkan melalui berbagai program.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Arindra (33 tahun), seorang warga Tangerang Selatan, merasakan dampak kenaikan harga cabai rawit merah hingga Rp80.000 per kilogram dan daging sapi menjelang Ramadan 1446 H pada Jumat, 28 Februari 2025. Kenaikan harga ini terjadi karena meningkatnya permintaan menjelang bulan suci. Sementara itu, di Rangkas Bitung, ibu-ibu berbondong-bondong menuju Tanah Abang untuk berjualan pakaian demi menyambut Ramadan yang dianggap sebagai bulan penuh berkah. Ramadan, bulan multidimensi yang sarat nilai religi, sosial, dan ekonomi, menuntut persiapan matang dari berbagai pihak.
Persiapan menghadapi Ramadan seharusnya lebih besar dari persiapan acara lainnya, karena Ramadan adalah kesempatan emas untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Meskipun sudah puluhan kali mengalami Ramadan, Arindra dan ibu-ibu pedagang pakaian tetap bersemangat menyambutnya dengan harapan yang lebih baik.
Pemerintah berupaya agar Ramadan berlangsung menyenangkan dan menenangkan bagi seluruh masyarakat. Kenaikan harga kebutuhan pokok menjadi tantangan yang harus diatasi agar masyarakat dapat fokus beribadah tanpa beban finansial. Berbagai program dan langkah konkret telah disiapkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Ramadan Menyenangkan: Program Kementerian Agama
Kementerian Agama (Kemenag) meluncurkan empat program utama untuk memeriahkan Ramadan: Ramadan Mengaji, Ramadan Peduli Lingkungan, Ramadan Berbagi, dan Ramadan Inklusi. Ramadan Mengaji fokus pada penguatan kajian keislaman melalui berbagai kegiatan seperti Sidang Isbat, pengiriman Dai ke daerah 3T, dan tausiyah Ramadan. Ramadan Peduli Lingkungan mendorong kebersihan tempat ibadah dan penanaman pohon.
Sementara itu, Ramadan Berbagi menekankan pada peningkatan kesalehan sosial melalui buka puasa bersama dan penyaluran zakat, wakaf, dan sedekah. Ramadan Inklusi melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam kegiatan berbagi takjil, termasuk Ditjen Bimas Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha, serta Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu.
Selain Kemenag, kementerian/lembaga lain dan pemerintah daerah juga menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk memeriahkan Ramadan, mulai dari acara seremonial hingga bakti sosial.
Ramadan Menenangkan: Upaya Pemerintah Menstabilkan Harga
Pemerintah berupaya mewujudkan Ramadan yang menenangkan dengan program stabilisasi harga dan operasi pasar. Operasi pasar digelar di 215 titik di Pulau Jawa dan 110 titik di luar Jawa, mulai 24 Februari hingga 28 Maret 2025, dengan target ekspansi 4.500 gerai. Beberapa komoditas seperti minyak goreng, gula, dan daging kerbau dijual di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET).
Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Satgas Pangan, dan BUMN di bidang pangan dan logistik berkolaborasi dalam operasi pasar ini. Pemerintah juga memastikan stok pangan cukup hingga Mei 2025, termasuk beras, minyak, gula, daging beku, dan bawang.
Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan agar pemerintah meringankan beban masyarakat menjelang Ramadan dan Lebaran. Pemerintah juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mengamankan jalur distribusi dan mencegah kelangkaan barang.
Diskon tarif tol juga disiapkan untuk pemudik. "Ramadan sudah tiba. Ramadan tenang dan menyenangkan, begitu harapan pemerintah. Artinya, semua harus berlangsung dalam suasana yang aman dan nyaman," ujar juru bicara Istana.
Dengan berbagai upaya ini, diharapkan Ramadan 1446 H dapat dirayakan dengan suasana yang menyenangkan dan menenangkan, sehingga Arindra dan masyarakat lainnya dapat fokus beribadah tanpa khawatir akan kenaikan harga kebutuhan pokok.