Reformasi Pendidikan Polri: Anggota DPR Sorot Integritas dan Kekerasan
Anggota Komisi III DPR RI, Bimantoro Wiyono, mendorong reformasi pendidikan Polri untuk meningkatkan integritas dan menghapus kekerasan fisik dalam pelatihan, demi terciptanya pelayanan masyarakat yang lebih baik.
Anggota Komisi III DPR RI, Bimantoro Wiyono, menyoroti pentingnya reformasi dalam dunia pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Pernyataan ini disampaikan di kompleks parlemen, Jakarta, Kamis (06/02), menanggapi sejumlah permasalahan yang muncul belakangan ini di lingkungan pendidikan Polri. Beliau menekankan perlunya perubahan mendasar dalam sistem pendidikan kepolisian untuk menghasilkan anggota Polri yang memiliki integritas tinggi dan mampu melayani masyarakat dengan baik.
Membangun Integritas dan Profesionalisme Anggota Polri
Bimantoro Wiyono berpendapat bahwa pola pendidikan Polri saat ini perlu dibenahi. Menurutnya, seorang polisi dibentuk melalui pendidikan di lembaga pendidikan Polri, sehingga kualitas pendidikan secara langsung berdampak pada kualitas kinerja anggota Polri di lapangan. "Kami berharap anggota-anggota yang nantinya akan siap menjadi bhayangkara ataupun bhayangkari sudah harus benar-benar mempunyai integritas yang baik sehingga benar-benar bisa melayani masyarakat dengan baik," tegasnya.
Salah satu tantangan utama Polri saat ini adalah munculnya oknum-oknum yang tidak baik. Untuk mengatasi hal ini, Bimantoro menekankan pentingnya peningkatan mutu pendidikan dan integritas calon anggota Polri. "Dari pola pendidikannya, tolong lebih ditingkatkan lebih ke arah mutu serta integritas seorang polisi yang nanti akan keluar dari sana," ujarnya.
Menghapus Kekerasan Fisik dalam Pelatihan
Wakil rakyat ini juga menyoroti isu kekerasan fisik dalam pelatihan pendidikan Polri. Ia mengingatkan agar pendidikan Polri tidak melibatkan kekerasan fisik yang berlebihan, karena hal tersebut dapat memengaruhi psikologi calon anggota dan berdampak negatif pada cara mereka melayani masyarakat kelak.
Bimantoro mengakui pentingnya pelatihan fisik untuk membangun stamina calon anggota. Namun, ia menekankan pentingnya batasan dalam penerapannya. "Jangan sampai kalau di sana ada yang dipukul dan lain sebagainya, nanti pada saat mereka keluar dari pendidikan itu membekas sehingga nanti pada saat mereka terjun ke masyarakat itu akan berdampak negatif juga," katanya.
Reformasi sebagai Langkah Menuju Polri yang Lebih Baik
Pernyataan Bimantoro Wiyono ini menjadi sorotan penting dalam konteks reformasi Polri. Peningkatan integritas dan profesionalisme anggota Polri merupakan kunci dalam membangun kepercayaan publik. Dengan memperbaiki sistem pendidikan, diharapkan Polri dapat menghasilkan anggota yang lebih profesional, beretika, dan mampu menjalankan tugasnya dengan baik, serta mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
Reformasi pendidikan Polri bukan hanya sekadar perubahan kurikulum, tetapi juga perubahan mindset dan budaya di lingkungan pendidikan kepolisian. Hal ini membutuhkan komitmen dan kerja keras dari seluruh pihak terkait, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan Polri, dan seluruh anggota Polri itu sendiri. Dengan demikian, Polri dapat menjadi institusi penegak hukum yang profesional, modern, dan terpercaya di mata masyarakat.
Ke depan, diharapkan akan ada evaluasi menyeluruh terhadap kurikulum dan metode pelatihan di lembaga pendidikan Polri. Evaluasi ini harus melibatkan berbagai pakar dan akademisi, serta mempertimbangkan masukan dari masyarakat. Tujuannya adalah untuk menciptakan sistem pendidikan yang efektif dan menghasilkan anggota Polri yang berkualitas, berintegritas, dan mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Kesimpulan
Reformasi pendidikan Polri merupakan langkah krusial dalam mewujudkan cita-cita Polri sebagai institusi penegak hukum yang profesional dan terpercaya. Dengan menghilangkan praktik kekerasan fisik dan meningkatkan fokus pada integritas serta profesionalisme, diharapkan Polri dapat lebih efektif dalam melayani dan melindungi masyarakat.