Rumah Tuo Rantau Panjang: Saksi Bisu Peradaban Suku Batin Jambi
Rumah Tuo Rantau Panjang di Merangin, Jambi, bukan sekadar rumah panggung, tetapi saksi bisu peradaban Suku Batin, dari animisme hingga Islam, yang kaya akan arsitektur dan nilai budaya.
Rumah Tuo Rantau Panjang, sebuah rumah panggung tradisional di Dusun Rantau Panjang, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Jambi, berdiri kokoh sebagai saksi bisu perjalanan panjang peradaban Suku Batin. Bangunan bersejarah ini, yang terletak sekitar 278 kilometer dari Kota Jambi, telah menyaksikan pergeseran budaya suku tersebut dari kepercayaan animisme hingga masuknya agama Islam. Rumah ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial, upacara adat, dan pertunjukan budaya yang menarik minat wisatawan lokal, nasional, bahkan mancanegara.
Keunikan Rumah Tuo Rantau Panjang terletak pada perannya sebagai pusat kehidupan masyarakat Suku Batin. Bangunan ini menjadi tempat berlangsungnya berbagai kegiatan penting, mulai dari musyawarah adat hingga perayaan keagamaan. Keberadaannya yang masih terawat hingga kini, berkat perawatan khusus menggunakan getah pohon ipuh dan rempah-rempah seperti tembakau dan cengkeh, menunjukkan betapa pentingnya rumah ini bagi masyarakat setempat. Rumah ini juga mudah diakses, baik melalui perjalanan darat dari Kota Jambi maupun dari Bandara Bungo.
Rumah Tuo Rantau Panjang menyimpan sejarah panjang migrasi Suku Batin. Konon, penduduk Dusun Koto Rayo, yang dulunya makmur dan aman di bawah pimpinan Poyang Depati dan Puteri Pinang Masak, terpaksa meninggalkan kampung halaman mereka untuk menghindari serangan Raja Tun Telanai. Mereka kemudian mendirikan pemukiman baru di Rantau Panjang, dan di sinilah Rumah Tuo Rantau Panjang didirikan pada tahun 1330 Masehi oleh Poyang Depati, yang membawa 19 kepala keluarga. Generasi ke-tujuh masyarakat Rantau Panjang kemudian memeluk agama Islam pada tahun 1653 Masehi, dan Rumah Tuo pun menjadi tempat penyelenggaraan upacara-upacara keagamaan, seperti upacara penutupan bulan Ramadan.
Arsitektur dan Tata Bangunan Rumah Tuo Rantau Panjang
Rumah Tuo Rantau Panjang memiliki arsitektur yang unik dan mencerminkan kearifan lokal Suku Batin. Tata ruangnya terbagi menjadi beberapa bagian dengan fungsi yang berbeda-beda. Ruang masinding, atau serambi, berfungsi sebagai tempat menerima tamu. Ruang tengah digunakan sebagai tempat berkumpulnya perempuan dan gadis-gadis pemilik rumah saat musyawarah adat. Ruang Balai Melintang, sebagai ruang utama, menjadi tempat duduk para pemuka adat dan tokoh masyarakat terhormat.
Ruang Gaho berfungsi sebagai dapur dan tempat menyimpan peralatan dapur, sementara Ruang Menalam digunakan sebagai tempat penyimpanan barang pecah belah dan makanan. Bilik Menalam merupakan kamar tidur bagi para gadis. Kolong rumah, yang berada di bawah bangunan panggung, digunakan sebagai tempat menyimpan kayu bakar, lesung, dan tempat bermain anak-anak. Setiap ruangan memiliki fungsi dan aturan adat yang harus dipatuhi oleh penghuni dan tamu.
Material bangunan Rumah Tuo Rantau Panjang sebagian besar terbuat dari kayu, seperti kayu meranti dan kayu kulim. Lantai bangunan utama dulunya terbuat dari anyaman bambu, tetapi sekarang telah diganti dengan papan kayu. Atap rumah awalnya terbuat dari ijuk, tetapi saat ini telah menggunakan seng. Motif hias pada bangunan ini didominasi oleh motif flora, seperti bunga tanjung, manggis, cempaka, dan jeruk, serta motif fauna yang diduga mirip kepala gajah.
Motif dan Komponen Bangunan
Rumah Tuo Rantau Panjang memiliki 24 tiang utama yang tersusun rapi. Atapnya berbentuk pelana dengan kedua ujung bubungan yang menaik ke atas, menyerupai bentuk perahu. Dindingnya terbuat dari papan kayu yang disusun secara vertikal. Jendela dan pintu-pintu yang tersebar di berbagai sisi bangunan berfungsi sebagai sirkulasi udara dan cahaya. Pintu Gedang, pintu utama rumah, memiliki ukuran yang lebih besar dari jendela dan memiliki makna sosial keterbukaan dan saling mengontrol.
Kondisi Rumah Tuo Rantau Panjang saat ini masih terjaga, meskipun beberapa bagian telah mengalami perubahan atau perbaikan. Namun, upaya pelestarian terus dilakukan untuk menjaga keaslian dan nilai sejarah bangunan ini. Rumah Tuo Rantau Panjang bukan hanya sekadar bangunan tua, tetapi juga merupakan warisan budaya yang berharga bagi Suku Batin dan Indonesia. Keberadaannya menjadi bukti nyata kekayaan budaya Indonesia dan pentingnya menjaga warisan leluhur untuk generasi mendatang.
Pamong Budaya Ahli Muda Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V, Novie Hari Putranto, menekankan kelestarian benda dan non-benda budaya di Rantau Panjang. Rumah Tuo Rantau Panjang, dengan segala detail arsitektur dan nilai budayanya, merupakan bukti nyata dari pernyataan tersebut. Melalui pelestariannya, kita dapat memahami lebih dalam sejarah dan perkembangan budaya Suku Batin Jambi.