Rupiah Melemah: Kebijakan Proteksionis AS dan Defisit APBN Jadi Biang Keladi
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan kebijakan proteksionis AS dan proyeksi defisit APBN Indonesia yang melebar, ungkap pengamat.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah. Pelemahan ini terjadi di tengah guncangan pasar global akibat kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump dan proyeksi defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Indonesia yang semakin melebar. Hal ini disampaikan oleh Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, dalam keterangan tertulis di Jakarta pada Selasa, 11 Maret.
Menurut Ibrahim, kebijakan proteksionis Trump, termasuk pengenaan tarif impor pada Kanada, Meksiko, dan China, telah menimbulkan ketidakpastian di pasar global. "Kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump telah mengguncang pasar di seluruh dunia," ujarnya. Ketidakpastian ini berdampak pada peningkatan risiko ekonomi bagi beberapa negara, termasuk Meksiko, China, dan Kanada, serta meningkatkan kekhawatiran inflasi di AS.
Situasi ini diperparah dengan proyeksi Goldman Sachs Group Inc. yang memperkirakan defisit APBN Indonesia akan mencapai 2,9 persen pada 2025, melampaui target pemerintah sebesar 2,53 persen. Proyeksi ini turut mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah. Goldman Sachs juga menurunkan peringkat obligasi negara dan saham Indonesia, menunjukkan penurunan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia.
Dampak Kebijakan Proteksionis AS terhadap Rupiah
Kebijakan proteksionis AS yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump telah menciptakan ketidakstabilan di pasar keuangan global. Hal ini menyebabkan investor cenderung menghindari aset berisiko, termasuk rupiah. Kenaikan tarif impor yang diberlakukan oleh AS juga berdampak pada perdagangan global, yang pada akhirnya mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Selain itu, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan AS membuat investor cenderung menunggu dan melihat situasi sebelum melakukan investasi. Hal ini menyebabkan aliran modal asing keluar dari Indonesia, yang selanjutnya menekan nilai tukar rupiah.
"Meskipun meningkatkan ketegangan perdagangan, Trump telah menghindari membuat prediksi tentang apakah AS dapat menghadapi resesi pada tahun 2025," ungkap Ibrahim, menunjukkan ketidakpastian yang masih membayangi perekonomian global.
Defisit APBN Indonesia dan Dampaknya pada Nilai Tukar Rupiah
Proyeksi melebarnya defisit APBN Indonesia pada 2025 menjadi faktor lain yang turut memperlemah rupiah. Belanja jumbo untuk program-program seperti makan bergizi gratis (MBG), realokasi anggaran, pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, dan perluasan kebijakan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Perumahan, berkontribusi pada peningkatan defisit.
Goldman Sachs menilai risiko fiskal Indonesia sebagai alasan utama penurunan proyeksi pasar modal Indonesia. Kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global dan pelemahan ekonomi domestik semakin memperburuk situasi. "Risiko fiskal Indonesia menjadi alasan utama bank raksasa tersebut menurunkan proyeksi atas pasar modal Indonesia," kata Ibrahim.
Melebarnya defisit APBN menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia perlu melakukan langkah-langkah untuk mengendalikan pengeluaran dan meningkatkan pendapatan negara. Hal ini penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah.
Pada penutupan perdagangan Selasa, nilai tukar rupiah melemah 42 poin (0,25 persen) menjadi Rp16.409 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga melemah ke Rp16.430 per dolar AS.
Pelemahan rupiah ini menjadi sinyal penting bagi pemerintah dan Bank Indonesia untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global.