Rupiah Melemah: Pasar Menunggu Keputusan The Fed, BI Pertahankan Suku Bunga
Pelemahan rupiah hari ini dipengaruhi oleh sikap wait and see pelaku pasar terhadap rilis rapat The Fed dan keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan.
Jakarta, 19 Februari 2025 - Rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari Rabu. Pelemahan ini, menurut analis, dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama sikap wait and see pelaku pasar menjelang rilis rapat Federal Reserve (The Fed) dan keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan.
Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh antisipasi pelaku pasar terhadap kebijakan moneter The Fed yang akan diumumkan. "The Fed diperkirakan hanya akan menurunkan bunga dua kali tahun ini, dan penurunan tersebut baru akan terjadi di semester II-2025," ujar Rully kepada ANTARA.
Investor global saat ini tengah fokus pada rilis notulen rapat The Fed bulan Januari 2025. Mereka ingin melihat bagaimana The Fed mempertimbangkan risiko perang tarif yang lebih luas, menyusul kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump. Data indeks harga konsumen AS bulan Januari yang mencapai tiga persen, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, juga menjadi sinyal bahwa The Fed tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga.
Keputusan BI dan Dampaknya terhadap Rupiah
Di sisi lain, Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menambahkan bahwa keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan juga turut mempengaruhi pelemahan rupiah. Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18 dan 19 Februari 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate di level 5,75 persen. Suku bunga deposit facility tetap di lima persen, dan lending facility di 6,5 persen.
Ariston menjelaskan bahwa jika BI lebih memprioritaskan nilai tukar rupiah, maka mempertahankan suku bunga adalah langkah yang tepat. Namun, jika fokus pada pertumbuhan ekonomi, maka pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis points (bps) mungkin lebih dipertimbangkan. Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga menunjukkan prioritas menjaga stabilitas nilai tukar.
Pelemahan rupiah terlihat jelas pada penutupan perdagangan hari Rabu. Rupiah melemah 47 poin atau 0,29 persen, ditutup pada level Rp16.325 per dolar AS, dibandingkan Rp16.278 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga melemah ke Rp16.357 per dolar AS dari Rp16.275 per dolar AS.
Analisis Lebih Lanjut dan Prospek Rupiah
Sikap wait and see pelaku pasar menunjukkan ketidakpastian yang cukup tinggi di pasar keuangan global. Keputusan The Fed akan menjadi penentu arah pergerakan nilai tukar berbagai mata uang, termasuk rupiah. Meskipun BI telah mempertahankan suku bunga, dampak jangka panjang dari keputusan ini terhadap nilai tukar rupiah masih perlu dipantau.
Perlu dicatat bahwa beberapa faktor eksternal lainnya juga dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah. Kondisi ekonomi global, terutama di AS, akan terus menjadi perhatian utama. Ketidakpastian geopolitik juga dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, pelaku pasar perlu mencermati perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter baik dari The Fed maupun BI untuk mengantisipasi pergerakan nilai tukar rupiah ke depannya.
Kesimpulannya, pelemahan rupiah hari ini merupakan cerminan dari kompleksitas faktor-faktor ekonomi global dan domestik. Sikap wait and see pelaku pasar dan keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan dalam memahami pergerakan nilai tukar rupiah.