Rupiah Menguat: Respon Perlawanan Global terhadap Kebijakan Tarif AS
Penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh perlawanan China, Kanada, dan Meksiko terhadap kebijakan tarif impor Presiden Trump, memicu kekhawatiran akan perang dagang global.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Pada Rabu, 5 Maret, nilai tukar Rupiah menguat signifikan, mencapai Rp16.312 per dolar AS. Penguatan ini dipicu oleh respon perlawanan dari China, Kanada, dan Meksiko terhadap kebijakan tarif impor yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Perlawanan global ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatif perang dagang terhadap ekonomi AS dan melemahkan dolar AS.
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa penguatan Rupiah dan mata uang lainnya merupakan reaksi terhadap tindakan balasan yang dilakukan China dan Kanada atas kebijakan tarif Trump. Meksiko juga berencana melakukan hal serupa. Kebijakan tarif ini, yang awalnya ditujukan untuk mengurangi defisit perdagangan AS dan meningkatkan manufaktur domestik, justru memicu reaksi berantai di pasar global.
Kebijakan tarif AS, khususnya terhadap China, telah mencapai 20 persen, mencakup barang-barang impor dari China. Hal ini dilakukan sebagai respons atas masalah fentanil di AS. Namun, tindakan ini justru memicu China untuk mengambil tindakan balasan demi melindungi kepentingan ekonominya.
Perlawanan Global terhadap Kebijakan Tarif AS
China, sebagai salah satu negara yang terkena dampak kebijakan tarif AS, telah menyatakan akan mengambil langkah-langkah balasan. Kanada juga tidak tinggal diam, dengan memberlakukan tarif 25 persen terhadap produk-produk AS senilai 155 miliar dolar AS sebagai respons atas tarif serupa yang diterapkan AS. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, menegaskan bahwa tarif ini akan tetap berlaku hingga AS mencabut tarifnya.
Meksiko juga mengancam akan menjatuhkan tarif balasan terhadap produk-produk AS setelah Trump menetapkan tarif 25 persen untuk produk Meksiko. Tindakan balasan ini menunjukkan semakin meningkatnya ketegangan perdagangan global.
Lukman Leong menambahkan bahwa jika Trump terus melanjutkan kebijakan tarifnya dan menargetkan negara-negara tertentu, maka akan terjadi perang dagang AS versus global. Hal ini diprediksi akan lebih merusak ekonomi AS dan melemahkan dolar AS daripada kekhawatiran inflasi yang memicu kenaikan suku bunga oleh The Fed.
Tujuan Kebijakan Tarif Trump dan Dampaknya
Tujuan utama Trump dalam memberlakukan kebijakan tarif ini adalah untuk mengurangi defisit perdagangan AS dan memperkuat manufaktur domestik. Selain itu, Trump juga menggunakan taktik ini untuk mengatasi masalah impor fentanil dan imigran gelap dari perbatasan Meksiko dan Kanada.
Namun, strategi ini justru memicu reaksi balasan dari negara-negara lain, yang berpotensi menyebabkan perang dagang global. Dampaknya, nilai tukar Rupiah menguat, menunjukkan ketidakpastian pasar global terhadap kebijakan ekonomi AS.
Sebagai informasi tambahan, nilai tukar Rupiah pada penutupan perdagangan Rabu di Jakarta menguat hingga 133 poin (0,81 persen) menjadi Rp16.312 per dolar AS. Kurs JISDOR Bank Indonesia juga menguat ke level Rp16.371 per dolar AS.
Secara keseluruhan, penguatan Rupiah ini mencerminkan dampak dari ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan proteksionis AS. Perlawanan global terhadap kebijakan tarif Trump menunjukkan betapa kompleksnya dinamika perdagangan internasional dan bagaimana kebijakan unilateral dapat berdampak luas pada ekonomi global.