Sebagian Napi Kabur dari Lapas Kutacane Ditangkap, 35 Lainnya Masih Buron
Kejadian puluhan narapidana kabur dari Lapas Kutacane pada Senin sore telah mengakibatkan sebagian napi berhasil ditangkap dan menyerahkan diri, sementara 35 lainnya masih dalam pengejaran pihak berwajib.
Petugas Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kementerian Hukum dan HAM membenarkan peristiwa kaburnya 49 narapidana dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Kutacane, Aceh Tenggara, pada Senin, 10 Maret 2024, sekitar menjelang waktu berbuka puasa. Kejadian ini menimbulkan kepanikan di sekitar Lapas, dengan para napi kabur melalui pintu utama dan atap bangunan. Beberapa warga sekitar merekam kejadian tersebut menggunakan ponsel mereka. Hingga saat ini, 14 narapidana telah ditangkap atau menyerahkan diri, sementara 35 lainnya masih dalam pengejaran intensif oleh aparat gabungan.
Kepala Subdirektorat Kerja Sama Ditjen PAS, Rika Aprianti, menyatakan bahwa kondisi Lapas Kutacane telah kondusif kembali sekitar pukul 21.00 WIB pada Senin malam. Pihak Lapas, dibantu kepolisian, TNI, dan pemerintah daerah Aceh Tenggara, berhasil melakukan penanganan dan pengendalian situasi. Bupati Aceh Tenggara, M. Salim Fakhry, bahkan hadir langsung untuk berdialog dengan warga binaan yang tersisa.
Meskipun sebagian besar napi telah berhasil kabur, Ditjen PAS memastikan bahwa pelayanan makan kepada warga binaan yang masih berada di Lapas tetap berjalan sesuai ketentuan. Selain itu, pengamanan Lapas telah diperketat dengan bantuan aparat keamanan dari kepolisian dan TNI untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. Motif di balik aksi kaburnya para narapidana masih dalam penyelidikan intensif oleh tim Ditjen PAS.
Penangkapan dan Pengejaran Napi Buron
Proses penangkapan dan pengejaran terhadap 35 narapidana yang masih buron terus dilakukan oleh aparat gabungan. Kerja sama yang solid antara Ditjen PAS, kepolisian, TNI, dan pemerintah daerah Aceh Tenggara menjadi kunci keberhasilan dalam mengamankan sebagian narapidana yang kabur. Upaya pencarian difokuskan di sekitar wilayah Kutacane dan daerah sekitarnya.
Meskipun sebagian napi telah kembali, Ditjen PAS tetap berkomitmen untuk meningkatkan keamanan Lapas Kutacane. Evaluasi menyeluruh terhadap sistem keamanan dan prosedur operasional Lapas akan dilakukan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Hal ini penting untuk menjaga keamanan dan ketertiban di dalam Lapas, serta melindungi masyarakat sekitar.
Ditjen PAS juga menekankan pentingnya kerja sama dengan masyarakat sekitar Lapas dalam memberikan informasi terkait keberadaan napi yang masih buron. Informasi dari masyarakat sangat krusial dalam mempercepat proses penangkapan dan pengembalian para napi ke Lapas.
Motif Kaburnya Para Napi Masih Diselidiki
Sampai saat ini, motif di balik kaburnya para narapidana masih belum dapat dipastikan. Rika Aprianti menyatakan bahwa tim investigasi masih bekerja keras untuk mengungkapnya. Dugaan sementara yang beredar di masyarakat masih perlu diverifikasi dan dibuktikan kebenarannya melalui proses investigasi yang komprehensif.
Proses investigasi akan mencakup wawancara dengan narapidana yang telah ditangkap, pemeriksaan saksi, dan pengumpulan bukti-bukti lain yang relevan. Hasil investigasi akan diumumkan secara resmi setelah proses investigasi selesai dan data terverifikasi.
Transparansi dalam proses investigasi sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik. Ditjen PAS berkomitmen untuk memberikan informasi terkini kepada masyarakat terkait perkembangan kasus ini.
Pentingnya Keamanan Lapas dan Kerja Sama Antar Lembaga
Kejadian kaburnya puluhan narapidana dari Lapas Kutacane menyoroti kembali pentingnya penguatan sistem keamanan di lembaga pemasyarakatan di seluruh Indonesia. Kerja sama yang erat antara Ditjen PAS, kepolisian, TNI, dan pemerintah daerah sangat krusial dalam menjaga keamanan dan ketertiban di dalam Lapas, serta mencegah kejadian serupa terulang.
Selain itu, penting juga untuk memperhatikan kondisi dan kesejahteraan warga binaan di dalam Lapas. Pemenuhan hak-hak dasar warga binaan, seperti akses terhadap makanan, kesehatan, dan pendidikan, dapat membantu mengurangi potensi terjadinya pelanggaran keamanan.
Kejadian ini juga menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat sistem keamanan di Lapas. Evaluasi menyeluruh dan perbaikan sistem keamanan yang komprehensif sangat diperlukan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Ditjen PAS berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan dan keamanan di seluruh Lapas di Indonesia. Kerja sama dan dukungan dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan Lapas yang aman, tertib, dan kondusif bagi pembinaan narapidana.