SMS Pintar: Solusi Teknologi Sederhana Bantu Petani di Daerah 3T
Dosen UGM gagas inovasi penggunaan SMS untuk membantu petani di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) dalam mengakses informasi pertanian penting.
Yogyakarta, 29 April 2024 (ANTARA) - Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bayu Dwi Apri Nugroho, meluncurkan gagasan inovatif: memanfaatkan teknologi pesan singkat (SMS) untuk memberdayakan petani di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Inovasi ini menjawab tantangan akses informasi pertanian yang terbatas di wilayah-wilayah tersebut. Gagasan ini muncul karena sebagian besar petani di daerah 3T mengelola lahan sempit dan belum terbiasa dengan teknologi canggih, sehingga teknologi sederhana seperti SMS dinilai lebih efektif.
Bayu, yang juga pengamat pertanian dan perubahan iklim, menjelaskan bahwa transformasi teknologi di sektor pertanian harus disesuaikan dengan kondisi riil petani. Teknologi yang terlalu kompleks justru akan menjadi beban tambahan, terutama di daerah dengan keterbatasan akses internet dan kepemilikan ponsel pintar. Oleh karena itu, SMS dipilih sebagai solusi awal yang praktis dan mudah diakses oleh mayoritas petani.
Penggunaan SMS dalam pertanian bukanlah hal baru. Dalam penelitian sebelumnya, SMS terbukti efektif untuk menyampaikan informasi rekomendasi pertanian secara otomatis berdasarkan data dari sistem pemantauan lapangan. Informasi penting seperti jadwal tanam, prakiraan cuaca, dan rekomendasi pemupukan dapat dikirimkan langsung ke petani melalui SMS, sehingga berdampak langsung pada praktik budidaya mereka. Namun, keberhasilan metode ini sangat bergantung pada pendampingan intensif dari para ahli.
Teknologi Sederhana, Dampak Maksimal
Bayu menekankan pentingnya memulai dari teknologi paling sederhana, yaitu SMS, sebelum beralih ke aplikasi yang lebih kompleks. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa aplikasi pertanian masih didominasi oleh pengguna muda. Dengan membiasakan petani menggunakan SMS terlebih dahulu, maka transisi ke aplikasi akan lebih mudah dilakukan di kemudian hari. Pendekatan bertahap ini diyakini akan lebih efektif dan berkelanjutan.
Implementasi awal teknologi SMS ini disarankan dilakukan secara bertahap, dimulai dari skema klaster atau demonstrasi plot. Skema ini memungkinkan penyesuaian dengan kebiasaan lokal petani, termasuk jenis varietas tanaman dan metode pengelolaan lahan. Hal ini penting untuk memastikan keberhasilan program dan menghindari kesenjangan antara teknologi dan praktik pertanian yang sudah ada.
Dengan pendekatan klaster, data karakteristik wilayah dapat dihimpun dan dijadikan acuan untuk perluasan program ke daerah lain yang memiliki kondisi serupa. Pembentukan basis data ini akan sangat berguna untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi program di masa mendatang. “Database berbasis klaster ini akan berguna saat teknologi diperluas ke daerah lain yang memiliki kondisi serupa,” jelas Bayu.
Membangun Basis Data Pertanian yang Komprehensif
Inovasi ini tidak hanya berfokus pada penyampaian informasi, tetapi juga pada pembangunan basis data pertanian yang komprehensif. Data yang dikumpulkan dari berbagai klaster akan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kondisi pertanian di daerah 3T. Data ini kemudian dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan dan program pertanian yang lebih tepat sasaran dan efektif.
Lebih lanjut, Bayu juga menyoroti pentingnya pendampingan intensif bagi petani dalam menggunakan teknologi SMS. Pendampingan ini akan memastikan bahwa petani dapat memahami dan memanfaatkan informasi yang diterima dengan baik. Selain itu, pendampingan juga akan membantu petani mengatasi kendala teknis yang mungkin terjadi selama proses penggunaan teknologi.
Dengan pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan, diharapkan gagasan penggunaan SMS ini dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani di daerah 3T. Inovasi ini membuktikan bahwa teknologi sederhana, jika diterapkan dengan tepat dan didukung oleh pendampingan yang memadai, dapat memberikan dampak yang besar bagi pembangunan pertanian Indonesia.
Gagasan ini menunjukkan bahwa solusi teknologi yang tepat tidak selalu harus yang paling canggih, tetapi yang paling relevan dan mudah diakses oleh para petani. Dengan demikian, teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk memberdayakan petani dan meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia.