Sujud Syukur Bupati dan Wakil Bupati Belitung Terpilih: Awali Tugas dengan Doa dan Adat Istiadat
Bupati dan Wakil Bupati Belitung terpilih, Djoni Alamsyah dan Syamsir, melakukan sujud syukur di rumah adat Melayu Belitung sebagai simbol awal kepemimpinan yang penuh keberkahan dan keharmonisan.
Bupati dan Wakil Bupati Belitung terpilih periode 2025-2030, Djoni Alamsyah dan Syamsir, mengawali masa kepemimpinannya dengan penuh khidmat. Setelah dilantik, keduanya langsung menuju rumah adat Melayu Belitung di Tanjung Pandan pada Senin, 3 Juli 2024, untuk melaksanakan tradisi sujud syukur. Acara ini menjadi simbol permohonan berkah dan kesuksesan dalam memimpin masyarakat Belitung selama lima tahun ke depan. Prosesi ini juga menandai dimulainya tugas berat mereka dalam memimpin dan membangun daerah.
Kedatangan pasangan pemimpin Belitung ini disambut meriah oleh masyarakat dan para tokoh adat setempat. Suasana penuh haru dan hikmat terasa saat Djoni Alamsyah dan Syamsir melakukan sujud syukur, menandai kesungguhan niat mereka untuk mengabdi kepada masyarakat. Tradisi ini bukan hanya sekadar seremonial, melainkan wujud penghormatan terhadap adat istiadat dan kearifan lokal Belitung.
Ketua Lembaga Adat (LAM) Melayu Belitung, Achmad Hamzah, menjelaskan bahwa penyambutan ini dirancang untuk memberikan keberkahan bagi kepemimpinan Djoni Alamsyah dan Syamsir. "Semoga Bupati dan Wakil Bupati Belitung dapat hidup dengan damai, tenang, serta mendengar aspirasi masyarakat," ujar Achmad Hamzah. Proses sujud syukur ini menjadi momentum penting, mengawali perjalanan kepemimpinan yang diharapkan membawa kemajuan bagi Kabupaten Belitung.
Tradisi Adat Melayu Belitung Sambut Pemimpin Baru
Prosesi penyambutan Bupati dan Wakil Bupati Belitung periode 2025-2030 berlangsung sangat istimewa. Mereka disambut layaknya sepasang pengantin baru, sebuah simbolisasi penghormatan dan harapan akan masa depan yang cerah. "Mengapa disambut sebagai sepasang pengantin karena upaya kita memuliakan manusia," jelas Achmad Hamzah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran pemimpin dalam masyarakat dan bagaimana adat istiadat setempat menghargai kepemimpinan yang baru.
Iringan tabuhan hadrah dan lantunan shalawat Nabi Muhammad SAW menambah suasana sakral dan khidmat. Setelah sujud syukur, acara dilanjutkan dengan pembacaan doa dan kata sambutan dari LAM Belitung. Para hadirin juga menyampaikan ucapan selamat kepada pasangan pemimpin baru tersebut. Momen ini menjadi bukti nyata sinergi antara pemimpin dan masyarakat Belitung.
Tidak hanya itu, tradisi Tabur Beras Kunyit juga dilakukan sebagai simbol untuk menolak bala dan memohon perlindungan. "Tabur Beras Kunyit ini bagi orang Melayu adalah simbol menolak balak," kata Achmad Hamzah. Tradisi ini menunjukkan kearifan lokal yang masih dijaga dan dihormati hingga saat ini.
Rumah Dinas Juga Diberikan Prosesi Adat
Tidak hanya di rumah adat, prosesi adat dan kearifan lokal juga dilakukan di rumah dinas jabatan Bupati Belitung yang bersebelahan. Hal ini dimaksudkan agar Bupati Belitung dapat merasa tenang dan aman di tempat tinggal barunya. "Tujuannya agar Bupati Belitung tenang dan aman di rumahnya yang baru, karena beliau adalah pendatang baru," ujar Achmad Hamzah. Inisiatif ini menunjukkan perhatian dan dukungan penuh masyarakat terhadap pemimpin baru mereka.
Proses sujud syukur dan penyambutan adat ini menjadi bukti nyata penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan kearifan lokal di Belitung. Semoga dengan mengawali kepemimpinan dengan penuh doa dan restu, Bupati dan Wakil Bupati Belitung dapat menjalankan amanah dengan baik dan membawa kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Belitung.
Acara ini juga menjadi contoh bagaimana tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan. Suatu perpaduan yang harmonis dalam membangun daerah dan memimpin masyarakat.
Semoga kepemimpinan Djoni Alamsyah dan Syamsir membawa perubahan positif bagi Kabupaten Belitung.