Survei CORE Indonesia: 74,4% Responden Setuju BBM Euro-4, Namun Harga Jadi Pertimbangan Utama
Survei CORE Indonesia menunjukkan mayoritas responden setuju dengan kebijakan BBM Euro-4, meskipun kekhawatiran terhadap harga dan dampak ekonomi tetap ada.
Jakarta, 18 Maret 2024 - Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh CORE Indonesia mengungkapkan bahwa 74,4 persen responden menyatakan setuju dengan kebijakan pemerintah terkait penggunaan bahan bakar minyak (BBM) Euro-4. Survei ini mengungkap persepsi publik terhadap kebijakan yang bertujuan meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat, namun juga menyoroti kekhawatiran akan dampak ekonomi yang mungkin timbul.
Direktur Riset Bidang Makroekonomi, Kebijakan Fiskal, dan Moneter CORE Indonesia, Akhmad Akbar Susamto, memaparkan hasil survei tersebut dalam seminar bertajuk 'Implementasi Kebijakan BBM Euro 4-6: Siapakah Kita? Membedah Potensi Dampak Ekonomi dan Sosial Peningkatan Kualitas BBM'. Meskipun mayoritas responden memahami manfaat lingkungan dan kesehatan dari BBM Euro-4, kenyataannya hanya 19 persen yang menjadikan faktor lingkungan sebagai pertimbangan utama dalam membeli BBM.
Faktor harga masih menjadi pertimbangan utama bagi sebagian besar masyarakat. Tingginya harga BBM Euro-4 dibandingkan dengan daya beli masyarakat saat ini menjadi kekhawatiran utama. "Maksudnya, mahal. Ekonomi masih sulit dan belum stabil, itu jawaban paling banyak. Poin pentingnya dari ini adalah kekhawatiran finansial," ujar Akbar menjelaskan tanggapan responden.
Dampak Implementasi BBM Euro-4 terhadap Ekonomi
Survei ini juga mengungkap rata-rata harga maksimum yang bersedia dibayar masyarakat untuk bensin Euro-4 adalah Rp11.938 per liter, sementara untuk diesel Euro-4 sebesar Rp8.739 per liter. Meskipun demikian, Akbar menekankan bahwa angka ini menunjukkan adanya willingness to pay yang positif, meskipun diiringi kekhawatiran finansial.
Implementasi BBM Euro-4, menurut Akbar, berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi hingga tahun 2040. Hal ini disebabkan oleh penurunan pertumbuhan konsumsi rumah tangga akibat tekanan inflasi yang dipicu oleh harga BBM yang lebih tinggi. "Dampaknya itu (implementasi BBM Euro-4) terhadap pertumbuhan ekonomi memang negatif, maksudnya mengurangi pertumbuhan ekonomi, tetapi semakin kecil seiring dengan waktu," jelas Akbar.
Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, mayoritas responden dalam survei ini menyarankan agar pemerintah mengimplementasikan kebijakan BBM Euro-4 secara bertahap. Selain itu, dibutuhkan pula skema subsidi BBM yang baru yang tidak membebani fiskal negara. "Perlunya skema subsidi BBM yang tidak memengaruhi fiskal," tegas Akbar.
Pertimbangan Harga dan Implementasi Bertahap
Temuan survei ini menunjukkan adanya dilema antara keinginan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan dengan realitas ekonomi masyarakat. Meskipun mayoritas responden mendukung kebijakan BBM Euro-4, harga yang tinggi menjadi hambatan utama. Oleh karena itu, implementasi yang bertahap dan skema subsidi yang tepat menjadi kunci keberhasilan kebijakan ini.
Kesimpulannya, kebijakan BBM Euro-4 mendapat dukungan mayoritas publik, namun pemerintah perlu mempertimbangkan daya beli masyarakat dan dampak ekonomi yang mungkin timbul. Implementasi bertahap dan skema subsidi yang tepat sasaran menjadi krusial untuk memastikan transisi yang lancar dan berkelanjutan.
Data survei menunjukkan adanya kesenjangan antara persepsi manfaat lingkungan dan realitas ekonomi. Meskipun responden memahami manfaat lingkungan, pertimbangan finansial tetap dominan dalam keputusan pembelian BBM. Hal ini menunjukkan perlunya strategi komunikasi publik yang lebih efektif untuk menjelaskan manfaat jangka panjang kebijakan ini.