Swasembada Beras: Mudah Dicapai? Pengamat Angkat Bicara
Pengamat pertanian menilai target swasembada beras pemerintah dalam 100 hari kerja pemerintahan Prabowo-Gibran dapat dicapai berkat alokasi anggaran dan fokus pada sektor padi, namun keberlanjutannya perlu dijamin.
Target Swasembada Beras Pemerintahan Baru
Khudori, pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), optimistis target swasembada beras pemerintahan baru dalam waktu 100 hari kerja dapat tercapai. Pernyataan ini disampaikannya pada Selasa, 28 Januari, di Jakarta. Keyakinan ini didasarkan pada alokasi anggaran yang signifikan dan fokus pada komoditas padi pada tahun 2025.
Dukungan Anggaran dan Infrastruktur
Khudori menjelaskan bahwa anggaran besar yang dialokasikan oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum, termasuk subsidi, akan mendukung pencapaian target. Dana ini akan digunakan untuk memastikan lahan sawah terkelola dengan baik dan berkelanjutan, termasuk penyediaan benih, pupuk, dan infrastruktur irigasi. Menurutnya, dengan komitmen penuh pemerintah, target swasembada beras bukanlah hal yang mustahil.
Keberlanjutan Program Swasembada Beras
Namun, Khudori menekankan pentingnya keberlanjutan program swasembada beras. Ia mengingatkan bahwa keberhasilan jangka panjang bergantung pada ketersediaan anggaran yang konsisten. Penurunan atau bahkan penghentian alokasi anggaran dapat mengancam keberlanjutan program ini.
Implikasi pada Komoditas Lain dan Isu PMK
Fokus yang berlebihan pada padi juga berpotensi menimbulkan masalah pada komoditas lain. Sebagai contoh, wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang tengah merebak membutuhkan perhatian dan anggaran yang cukup untuk membantu peternak, termasuk penyediaan vaksin dan program penggantian ternak yang terpaksa dimusnahkan. Hal ini menunjukkan perlunya perencanaan yang komprehensif.
Definisi Swasembada Beras dan Strategi Pemerintah
Khudori juga menyoroti pentingnya kejelasan definisi swasembada beras, apakah merujuk pada keseluruhan komoditas pangan atau hanya beras. Ia menilai langkah-langkah pemerintah, yang mirip dengan strategi Kabinet Merah Putih sebelumnya, menunjukkan fokus pada swasembada komoditas tertentu, dengan prioritas menekan impor beras, jagung, gula, dan garam pada tahun pertama.
Optimalisasi Lahan dan Perlindungan Lahan Produktif
Lebih lanjut, Khudori menyarankan agar pemerintah mengoptimalkan lahan yang sudah ada, seperti lahan food estate (FE) di Merauke, Papua Selatan, sebelum membuka lahan baru. Ia juga menekankan perlunya melindungi lahan pertanian produktif yang sudah ada, karena pembentukan lahan produktif membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Konversi lahan produktif yang sudah ada harus dihindari.
Pentingnya Riset dan Pengembangan (R&D)
Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, Khudori menekankan pentingnya investasi dalam riset dan pengembangan (R&D). Selain menambah lahan dan memperbaiki infrastruktur irigasi, peningkatan produktivitas pertanian sangat bergantung pada kemajuan R&D.