Tanggul Jebol Grobogan Ditarget Tuntas dalam Dua Hari, Gubernur Jateng Turun Tangan
Gubernur Jawa Tengah targetkan penutupan tiga tanggul jebol di Sungai Tuntang, Grobogan selesai dalam dua hari untuk mencegah banjir lebih lanjut yang telah merendam ribuan rumah dan mengungsikan ratusan warga.
Banjir yang melanda Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, akibat jebolnya tiga tanggul di Sungai Tuntang telah mendapat perhatian serius dari pemerintah provinsi. Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, langsung turun ke lokasi dan menetapkan tenggat waktu maksimal dua hari untuk penutupan tanggul yang jebol tersebut. Kejadian ini terjadi pada Selasa, 11 Maret 2024, di Desa Baturagung, Kecamatan Gubug, dan beberapa desa lainnya, mengakibatkan ribuan rumah terendam dan ratusan warga mengungsi. Penyebab utama jebolnya tanggul adalah intensitas curah hujan ekstrem di wilayah hulu Rawa Pening, mencapai lebih dari 150 mm.
Keputusan Gubernur Luthfi untuk menyelesaikan penutupan tanggul dalam waktu dua hari ini didasarkan pada progres yang telah dicapai dan penjelasan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana. "Saya tidak mau tahu, besok sing penting buntu (tertutup tanggul yang jebol). Kalau tidak tertutup, kasihan. Karena aliran air terus menggenangi rumah warga," tegas Gubernur Luthfi saat meninjau lokasi. Pernyataan tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani bencana ini dan memprioritaskan keselamatan warga yang terdampak.
Penutupan tanggul merupakan langkah pertama dalam upaya penanganan banjir. Setelah penutupan selesai, langkah selanjutnya adalah pembenahan tanggul dan normalisasi sungai untuk mencegah kejadian serupa terulang, terutama menjelang Idul Fitri. Gubernur Luthfi juga berencana berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk normalisasi tanggul dan dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk modifikasi cuaca guna mendukung proses perbaikan.
Penanganan Darurat dan Perbaikan Jangka Panjang
Tiga titik tanggul yang jebol terletak di Desa Baturagung, Desa Papanrejo, dan Desa Sukoreko, dengan ukuran yang berbeda-beda. BBWS Pemali Juana, yang bertanggung jawab atas Sungai Tuntang, telah mengerahkan upaya percepatan penutupan tanggul. Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan BBWS Pemali Juana, Laode Bakti, menyatakan optimisme penyelesaian dalam dua hari. Warga juga diminta untuk aktif melaporkan jika menemukan tanda-tanda kerusakan tanggul lainnya.
Selain upaya penutupan tanggul, pemerintah juga fokus pada penanganan dampak banjir. Gubernur Luthfi mengadakan rapat koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk membahas penanganan banjir secara komprehensif. Banjir kali ini berdampak pada enam kecamatan dan 26 desa, dengan 1.202 jiwa mengungsi dan 5.501 rumah terendam. Sekitar 526 hektare lahan pertanian juga tergenang air.
Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah menunjukkan komitmen untuk mengatasi bencana ini secara efektif dan efisien. Koordinasi antar instansi pemerintah, baik tingkat provinsi maupun pusat, menjadi kunci keberhasilan penanganan banjir ini. Perbaikan tanggul dan normalisasi sungai merupakan solusi jangka panjang untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Selain itu, modifikasi cuaca juga menjadi pertimbangan untuk mengurangi intensitas hujan dan mempercepat proses perbaikan. Partisipasi aktif warga dalam melaporkan kerusakan tanggul juga sangat penting untuk mencegah meluasnya dampak banjir. Dengan upaya bersama, diharapkan banjir di Grobogan dapat segera teratasi dan kehidupan masyarakat dapat kembali normal.
Alokasi Anggaran dan Koordinasi Antar Instansi
Pemprov Jateng akan berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk mendapatkan alokasi anggaran guna membiayai normalisasi tanggul. Kerja sama ini penting untuk memastikan perbaikan tanggul dilakukan secara profesional dan berkelanjutan. Normalisasi sungai tidak hanya akan memperbaiki kondisi tanggul, tetapi juga meningkatkan kapasitas sungai dalam menampung debit air.
Koordinasi dengan BMKG untuk modifikasi cuaca bertujuan untuk mengurangi intensitas hujan di wilayah Grobogan. Modifikasi cuaca dapat membantu mempercepat proses perbaikan tanggul dan mengurangi risiko banjir susulan. Langkah ini menunjukkan upaya pemerintah untuk mengantisipasi faktor cuaca dalam penanganan bencana.
Dengan adanya koordinasi yang baik antara pemerintah provinsi, kabupaten, Kementerian PUPR, dan BMKG, diharapkan penanganan banjir di Grobogan dapat berjalan efektif dan efisien. Hal ini penting untuk meminimalisir dampak kerugian yang ditimbulkan dan mengembalikan kehidupan masyarakat ke kondisi normal.
Perbaikan infrastruktur dan antisipasi cuaca ekstrem merupakan langkah penting dalam menghadapi bencana alam. Semoga dengan langkah-langkah yang telah diambil, kejadian serupa dapat dicegah di masa mendatang.