TPID Sulsel Fokus Kendalikan Inflasi Ramadhan: Lima Komoditas Jadi Prioritas
Tim Pengendali Inflasi Daerah Sulawesi Selatan (TPID Sulsel) fokus pada lima komoditas pangan utama untuk mencegah lonjakan harga selama Ramadhan dan Idul Fitri 2025.
Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi Sulawesi Selatan (TPID Sulsel) tengah fokus menangani potensi inflasi selama Ramadhan 1446 Hijriah. Lima komoditas utama menjadi perhatian utama dalam upaya menjaga stabilitas harga di pasaran. Langkah ini diambil menyusul pengalaman historis di mana periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seringkali memicu kenaikan harga yang signifikan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan, Rizki Ernadi Wimanda, menjelaskan bahwa TPID Provinsi Sulsel, bersama 24 TPID kabupaten/kota, berkomitmen untuk menekan inflasi. "TPID Provinsi Sulsel bersama 24 TPID kabupaten/kota se-Sulsel berkomitmen untuk menekan inflasi dengan fokus pada lima komoditi pemicu inflasi," ujar Rizki dalam keterangannya di Makassar, Sabtu.
Meskipun Sulawesi Selatan mengalami deflasi pada Januari dan Februari 2025, terutama karena penurunan tarif listrik sebesar 50 persen, potensi kenaikan harga pangan selama Ramadhan dan Idul Fitri tetap menjadi perhatian serius. Lima komoditas yang menjadi fokus utama pengendalian inflasi adalah aneka cabai, minyak goreng, bawang putih, gula pasir, dan daging ayam ras.
Lima Komoditas Pangan yang Menjadi Fokus TPID Sulsel
Berdasarkan data historis, beberapa komoditas pangan terbukti seringkali menjadi pemicu inflasi selama periode Ramadhan dan Idul Fitri. Selain lima komoditas utama yang telah disebutkan, komoditas lain seperti beras, tomat, cabai merah, dan bawang merah juga perlu dipantau secara ketat. Bahkan, sektor transportasi udara juga turut menjadi perhatian, mengingat perannya dalam mendorong kenaikan harga di delapan kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sulsel.
Pemerintah telah mengambil langkah strategis untuk mengurangi potensi lonjakan harga tiket pesawat. Kebijakan penurunan harga tiket pesawat domestik kelas ekonomi sebesar 13 hingga 14 persen selama masa Angkutan Lebaran 2025 diharapkan dapat membantu menjaga stabilitas inflasi. Dengan demikian, pemerintah daerah dapat lebih fokus pada pengendalian harga pangan strategis.
Langkah-langkah pengendalian inflasi ini tidak hanya berfokus pada satu sektor saja. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyadari pentingnya pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi. Oleh karena itu, strategi pengendalian inflasi yang diterapkan mencakup berbagai aspek, mulai dari hulu hingga hilir.
Strategi Terintegrasi Pemerintah Sulsel dalam Mengendalikan Inflasi
Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, memaparkan tiga strategi utama dalam pengendalian inflasi. Pertama, peningkatan pasokan dan ketahanan pangan di sisi hulu. Hal ini mencakup upaya untuk meningkatkan produksi dan ketersediaan komoditas pangan strategis. Kedua, mewujudkan keterjangkauan harga dan efisiensi distribusi di sisi hilir. Strategi ini berfokus pada upaya untuk memastikan harga komoditas pangan tetap terjangkau bagi masyarakat dan distribusi yang efisien.
Ketiga, penguatan koordinasi dan komunikasi kebijakan antar stakeholder. Kerjasama yang erat antara pemerintah, Bank Indonesia, dan berbagai pihak terkait sangat penting dalam keberhasilan pengendalian inflasi. Koordinasi yang baik akan memastikan bahwa semua pihak bergerak secara sinergis dan efektif dalam mencapai tujuan bersama.
Dengan strategi terintegrasi ini, diharapkan TPID Sulsel dapat berhasil menekan inflasi selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri 2025. Fokus pada lima komoditas utama dan kerjasama antar stakeholder menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat.
Upaya menekan inflasi ini merupakan komitmen pemerintah untuk memastikan stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, khususnya selama bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri. Dengan langkah-langkah yang tepat dan terkoordinasi, diharapkan masyarakat dapat merayakan hari raya dengan tenang tanpa khawatir akan lonjakan harga barang kebutuhan pokok.