Tragedi Longsor Blitar: Satu Penambang Pasir Ditemukan Meninggal, Satu Lagi Masih Dicari
Tim gabungan menemukan satu korban meninggal dunia dari longsor tebing setinggi 50 meter di Blitar, Jawa Timur, sementara satu korban lainnya masih dalam pencarian.
Tragedi longsor di Blitar telah menelan satu korban jiwa. Pada Minggu, 16 Februari 2024, tebing setinggi 50 meter di kawasan Sungai Putih, Desa Karangrejo, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, longsor dan menimbun dua penambang pasir tradisional. Satu korban, Rohman (31), warga Desa Modanagan, Kecamatan Nglegok, telah ditemukan meninggal dunia, sementara pencarian terhadap korban kedua, Nur Kholis (45), warga Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, masih terus dilakukan.
Pencarian Korban Longsor di Blitar
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar, bersama tim gabungan yang terdiri dari Basarnas Pos SAR Trenggalek dan relawan lainnya, langsung bergerak cepat setelah kejadian. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Blitar, Ivong Berttyanto, menyatakan bahwa Rohman ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dan telah dievakuasi. "Satu korban ditemukan dan sudah dievakuasi. Kondisinya meninggal dunia," ungkap Ivong di Blitar, Senin.
Proses pencarian korban kedua, Nur Kholis, menghadapi kendala yang cukup signifikan. Akses menuju lokasi yang sulit dan rawan banjir menjadi tantangan utama. Selain itu, material longsor berupa pasir dan batu yang masih labil meningkatkan risiko longsor susulan, sehingga operasi pencarian harus dilakukan dengan sangat hati-hati. "Material longsor berupa pasir dan bisa terjadi longsor susulan. Itu yang menjadi kendala kami," jelas Ivong.
Kendala Pencarian dan Kondisi Lokasi
Komandan Tim Basarnas Pos SAR Trenggalek, Yoni Fariza, menambahkan bahwa korban yang ditemukan tertimbun tanah hingga kedalaman 5 meter. Lokasi pencarian yang sempit juga menyulitkan penggunaan alat berat. "Korban ditemukan di kedalaman 5 meter. Untuk satu korban masih pencarian," kata Yoni. Ia juga menekankan perlunya kehati-hatian mengingat material longsor yang berupa pasir dan batu. "Lokasi pencarian sempit sehingga alat berat tidak bisa masuk dan material longsor berupa pasir dan batu. Untuk itu, ia pun meminta anggotanya dan tim gabungan lainnya berhati-hati dalam pencarian korban," tambahnya.
Tim gabungan terus berupaya maksimal untuk menemukan Nur Kholis. Meskipun pencarian sempat dihentikan sementara karena kondisi yang membahayakan, operasi pencarian akan dilanjutkan pada hari berikutnya. Keselamatan tim pencari juga menjadi prioritas utama mengingat potensi bahaya longsor susulan.
Korban Longsor dan Penambangan Pasir Tradisional
Kedua korban merupakan penambang pasir tradisional yang bekerja di lokasi kejadian. Aktivitas penambangan pasir tradisional di daerah tersebut memang dikenal cukup berisiko, mengingat kondisi geografis yang rawan longsor. Kejadian ini menjadi pengingat penting akan perlunya peningkatan keselamatan kerja bagi para penambang tradisional, serta upaya mitigasi bencana untuk mengurangi risiko longsor di daerah rawan.
Kejadian ini menjadi duka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat sekitar. Semoga pencarian korban kedua dapat segera membuahkan hasil dan keluarga korban diberikan kekuatan dan ketabahan. Semoga kejadian ini juga menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk selalu waspada terhadap potensi bencana alam dan senantiasa mengutamakan keselamatan.