Wamen P2MI: Butuh Pekerja Migran Trampil untuk Hadapi Persaingan Global
Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (Wamen P2MI) menekankan pentingnya peningkatan keterampilan pekerja migran Indonesia untuk menghadapi tuntutan pasar kerja global yang kompetitif.
Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (Wamen P2MI), Christina Aryani, menekankan perlunya adaptasi pekerja migran Indonesia terhadap perubahan signifikan dalam pasar kerja global. Dalam Kuliah Umum di Politeknik Akademi Teknik Industri (ATI) Makassar pada Rabu (19/3), beliau menyampaikan bahwa tuntutan saat ini jauh berbeda dari masa lalu. Tidak hanya pekerja domestik yang dibutuhkan, tetapi pekerja migran yang memiliki keterampilan khusus dan trampil.
Kuliah umum bertema 'Mendunia dari Kampus untuk Membangun Daya Saing Global' tersebut bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa ATI Makassar menghadapi persaingan kerja internasional. Wamen P2MI secara khusus datang ke Poltek ATI Makassar untuk mencari talenta-talenta berbakat di sektor industri, mengingat tingginya permintaan tenaga kerja terampil di berbagai negara.
Pemerintah menargetkan penempatan 425 ribu Pekerja Migran Indonesia (PMI) tahun ini, dengan proyeksi pendapatan mencapai Rp349,4 triliun. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memfasilitasi peningkatan kesejahteraan pekerja migran melalui jalur resmi dan terlindungi. "Saat ini banyak dibutuhkan tenaga kerja untuk pengelasan (las) di Jepang, Jerman dan Korea Selatan," ungkap Wamen P2MI, menekankan pentingnya keterampilan spesifik dalam menghadapi persaingan global.
Pentingnya Keterampilan dan Jalur Resmi
Wamen P2MI mengingatkan pentingnya menempuh jalur resmi melalui pemerintah dalam penempatan PMI untuk menghindari berbagai permasalahan dan potensi deportasi. Beliau menekankan bahwa perlindungan dan pembinaan dari pemerintah sangat krusial bagi keberhasilan dan keselamatan pekerja migran di luar negeri.
Direktur Politeknik ATI Makassar, Ir. Muhammad Basri, MM, menjelaskan bahwa kampus yang dipimpinnya fokus pada peningkatan kualitas pendidikan, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, serta kemampuan komunikasi dan kerja sama mahasiswa. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mempersiapkan SDM industri yang handal dan mampu bersaing di pasar global.
Penguatan komitmen pemerintah dalam melindungi tenaga kerja Indonesia dan membuka peluang bagi lulusan pendidikan vokasi untuk bekerja di luar negeri juga menjadi poin penting yang dibahas. Poltek ATI Makassar berperan aktif dalam menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan global, termasuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil di berbagai sektor industri.
Dukungan Pemerintah dan Bonus Demografi
Kepala Badan Pengembangan SDM Industri, Masrokhan, menjelaskan bahwa lembaganya memiliki 29 satuan kerja (satker) yang tersebar di Indonesia. Indonesia sendiri tengah menikmati bonus demografi dengan 67,5 persen penduduk usia produktif dari total sekitar 278 juta jiwa.
Pemerintah memanfaatkan bonus demografi ini dengan meningkatkan kapasitas SDM melalui pendidikan vokasi di 22 satker. Program magang tiga bulan untuk mendapatkan sertifikasi dan penempatan kerja juga menjadi bagian penting dari upaya tersebut. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa angkatan kerja Indonesia memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja global dan siap bersaing di tingkat internasional.
Dengan demikian, peningkatan keterampilan pekerja migran menjadi kunci utama dalam menghadapi persaingan global. Pemerintah berperan aktif dalam memfasilitasi hal ini melalui berbagai program dan pelatihan, memastikan bahwa pekerja migran Indonesia memiliki daya saing yang tinggi dan dapat berkontribusi positif bagi perekonomian nasional.
Peran pendidikan vokasi seperti yang dilakukan Politeknik ATI Makassar juga sangat penting dalam mencetak SDM yang terampil dan siap kerja. Kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan dunia usaha sangat krusial untuk memastikan keberhasilan program ini dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi pekerja migran Indonesia.