Warga Banyuwangi Antusias Saksikan Barong Ider Bumi, Tradisi Tolak Bala yang Unik
Ratusan warga dan wisatawan menyaksikan prosesi adat Barong Ider Bumi di Banyuwangi, sebuah tradisi unik untuk menolak bala dan wabah penyakit yang telah berlangsung selama lebih dari seabad.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Pada Selasa, ratusan warga lokal dan wisatawan menyaksikan prosesi adat Barong Ider Bumi di Desa Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur. Tradisi unik ini digelar setiap hari kedua Idul Fitri sebagai bentuk ikhtiar menolak bencana dan wabah penyakit yang pernah melanda desa tersebut sejak tahun 1840-an. Ritual ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan upaya melestarikan budaya Osing. Prosesi arak-arakan Barong, makhluk bermahkota dan bersayap yang dianggap pelindung desa, dilakukan keliling desa dengan iringan gamelan dan warga berpakaian adat.
Tradisi Barong Ider Bumi bermula dari wabah penyakit dan gagal panen yang melanda Desa Kemiren sekitar tahun 1840-an. Dalam keadaan sulit tersebut, sesepuh desa meminta petunjuk kepada leluhur, Mbah Buyut Cili, yang dalam mimpi mendapat wangsit untuk melakukan arak-arakan Barong sebagai penolak bala. Sejak saat itu, tradisi ini terus dilestarikan hingga kini dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Keunikan tradisi ini terletak pada prosesinya yang melibatkan seluruh warga desa. Mulai dari doa bersama di petilasan Buyut Cili hingga arak-arakan Barong keliling desa sejauh 2 km. Selain itu, terdapat tradisi sembur uthik-uthik, yaitu menebarkan koin logam, beras kuning, dan bunga sebagai simbol penolak bala. Puncak acara ditandai dengan kenduri massal di sepanjang jalan desa, mempererat rasa kekeluargaan dan keakraban warga.
Mengenal Lebih Dekat Tradisi Barong Ider Bumi
Barong dalam tradisi ini digambarkan sebagai sosok makhluk bermahkota dan bersayap yang dipercaya mampu melindungi desa dari berbagai marabahaya. Tokoh masyarakat adat Desa Kemiren, Suhaimi, menjelaskan bahwa ritual ini diawali dengan doa yang dipanjatkan oleh para tokoh pelestari barong di petilasan Buyut Cili. Doa ini merupakan bagian penting dari ritual untuk memohon perlindungan dan keberkahan.
Kepala Desa Kemiren, Arifin, mengungkapkan rasa syukur atas terlaksananya ritual tahun ini, meskipun dalam kondisi hujan. Menurutnya, hujan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Ia juga menekankan pentingnya pelestarian tradisi Barong Ider Bumi sebagai bagian dari upaya menjaga warisan budaya leluhur dan berharap tradisi ini tetap lestari di generasi muda.
Proses arak-arakan Barong sangat meriah. Iringan gamelan yang mengalun menambah semarak suasana. Warga yang mengenakan pakaian adat turut serta dalam arak-arakan, menambah keindahan dan keunikan prosesi ini. Sepanjang perjalanan, tokoh adat melakukan tradisi sembur uthik-uthik, sebuah simbol penolak bala yang menambah nilai sakral pada ritual tersebut.
Pengalaman Wisatawan: Suasana Hangat dan Membumikan
Salah seorang wisatawan asal Surabaya, Dian Eka Putri Nasution, mengungkapkan kekagumannya terhadap atmosfer kekeluargaan yang terasa dalam ritual Barong Ider Bumi. Ia sangat terkesan dengan kenduri massal di mana warga duduk bersama dan menikmati hidangan khas Banyuwangi, pecel pithik, secara beramai-ramai. "Yang paling saya suka adalah kendurinya, semua duduk bersama, makan bersama di jalanan desa. Rasanya hangat dan sangat membumi, ini pengalaman yang tidak bisa saya temukan di kota," katanya.
Pengalaman Dian mewakili perasaan banyak wisatawan yang hadir. Tradisi Barong Ider Bumi tidak hanya menjadi sebuah pertunjukan budaya, tetapi juga sebuah pengalaman yang memperlihatkan kearifan lokal dan keakraban masyarakat Banyuwangi. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana pedesaan yang autentik dan penuh kearifan lokal.
Ritual Barong Ider Bumi di Banyuwangi menjadi bukti nyata bagaimana sebuah tradisi dapat tetap lestari dan bahkan menjadi daya tarik wisata yang mampu memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia. Pelestarian tradisi ini tidak hanya penting bagi masyarakat lokal, tetapi juga bagi pelestarian budaya Indonesia secara keseluruhan.
Dengan adanya acara ini, diharapkan tradisi Barong Ider Bumi dapat terus dilestarikan dan menjadi bagian penting dari identitas budaya Banyuwangi. Keberadaan tradisi ini juga berpotensi untuk meningkatkan sektor pariwisata di daerah tersebut.