Kaimana: Surga Tersembunyi Papua Barat yang Makin Diminati Wisatawan
Setelah ditetapkan sebagai kawasan konservasi, Kaimana di Papua Barat mengalami peningkatan jumlah wisatawan domestik dan mancanegara yang tertarik akan keindahan alam bawah lautnya yang menakjubkan.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Peningkatan jumlah wisatawan domestik dan mancanegara terjadi di Kaimana, Papua Barat, setelah kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan konservasi perairan pada tahun 2019. Hal ini diungkapkan oleh Eli Auwe, pemimpin BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kaimana Fakfak. Kenaikan jumlah kunjungan ini disebabkan oleh upaya konservasi yang menjaga keindahan alam bawah laut Kaimana, yang sebelumnya hanya dikenal melalui lagu "Senja di Kaimana". Upaya konservasi ini berhasil melindungi beragam biota laut, menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan menikmati keindahan alamnya.
Data dari Dinas Pariwisata menunjukkan peningkatan signifikan jumlah wisatawan domestik. Pada tahun 2024, tercatat sekitar 779 wisatawan mancanegara yang melaporkan kunjungan mereka, dengan perkiraan sekitar 200 wisatawan lainnya yang belum melaporkan diri. Keberhasilan konservasi ini tidak hanya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, tetapi juga berdampak positif pada perekonomian masyarakat lokal.
Keberagaman hayati laut Kaimana menjadi daya tarik utama. Selain hiu paus yang menjadi ikon, wisatawan dapat menikmati kegiatan birdwatching, melihat lumba-lumba, dan menjelajahi hutan mangrove. Pengalaman unik ini membedakan Kaimana dari destinasi wisata bahari lain di Indonesia, seperti Gorontalo yang hanya menawarkan penyelaman bersama hiu paus, atau Banda Neira dengan lumba-lumbanya. Keberuntungan mungkin membawa wisatawan bertemu dugong dan ratusan spesies koral.
Keindahan Bawah Laut Kaimana yang Terjaga
Kawasan konservasi Kaimana, seluas 121,7 ribu hektare, dibagi ke dalam beberapa zona untuk mempermudah pengawasan dan konservasi. Pembagian zona ini bertujuan untuk memastikan keberlanjutan ekosistem dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Kerja sama antara pemerintah, tokoh adat, dan masyarakat lokal sangat penting dalam menjaga kelestarian alam Kaimana.
Eli Auwe menekankan pentingnya kolaborasi dalam pengelolaan kawasan konservasi. "Ini tidak bisa hanya kami yang berperan, tapi mitra yang selama ini mendukung pengelolaan kawasan konservasi pun juga," katanya. Partisipasi aktif semua pihak memastikan keberhasilan upaya konservasi dan keberlanjutan destinasi wisata ini.
Penetapan Kaimana sebagai kawasan konservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 25 Tahun 2019, bersama dengan perairan Buruway, Arguni, Teluk Etna, dan sekitarnya, seluas total 499,8 hektare. Kawasan ini dikelola sebagai taman wisata untuk melindungi berbagai spesies penting, termasuk terumbu karang, lamun, mangrove, dan berbagai jenis ikan.
Biota Laut yang Dilindungi di Kaimana
Kawasan konservasi Kaimana melindungi beragam biota laut, antara lain:
- Terumbu karang
- Lamun
- Mangrove
- Ikan pelagis kecil (kembung, lema, ikan terbang)
- Ikan pelagis besar (tuna, cakalang, barakuda)
- Ikan gulama
- Baby tuna
- Hiu
- Hiu paus
- Lola
- Batulaga
- Penyu
- Buaya
- Kepiting
- Udang tiger
- Dugong
- Kerapu
- Rumput laut
- Teripang
Keberadaan biota laut yang beragam dan terlindungi ini menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam bawah laut Kaimana. Upaya konservasi yang dilakukan telah membuahkan hasil yang signifikan, terbukti dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan.
Dengan pengelolaan yang baik dan kolaborasi yang kuat, Kaimana berpotensi besar untuk terus berkembang sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia, sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Keberhasilan ini menjadi contoh nyata bagaimana konservasi alam dapat beriringan dengan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.