Lindungi Si Kecil dari TBC dengan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT)
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) terbukti efektif melindungi anak dari risiko tertular TBC aktif dari penderita di sekitarnya; ketahui lebih lanjut tentang TPT dan pencegahan TBC pada anak.
Jakarta, 24 Maret 2024 (ANTARA) - Seorang dokter spesialis anak, dr. Dian Rosita Devy, Sp.A dari RSUD Tanjung Priok, menekankan pentingnya Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) dalam melindungi anak-anak dari ancaman penyakit tuberkulosis (TBC). Dalam webinar memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia, beliau menjelaskan bahwa TPT efektif mencegah anak-anak yang kontak erat dengan penderita TBC aktif dari tertular penyakit mematikan ini. TPT merupakan bentuk perlindungan utama bagi anak-anak yang berisiko tinggi tertular, terutama mereka yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru aktif namun belum menunjukkan gejala sakit.
Tuberkulosis, atau TBC, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyerang berbagai organ tubuh, termasuk paru-paru, tulang belakang, kulit, otak, dan kelenjar getah bening. Penularan terjadi melalui udara, khususnya percikan liur atau dahak penderita TBC aktif saat batuk atau bersin. Bahayanya, satu penderita TBC aktif berpotensi menularkan penyakit kepada 10 hingga 14 orang di sekitarnya, terutama anggota keluarga yang tinggal serumah.
Oleh karena itu, pencegahan dini sangat krusial, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak. Anak-anak yang terinfeksi bakteri TBC belum tentu menunjukkan gejala spesifik seperti pada orang dewasa. Dr. Dian menjelaskan, "Tidak semua anak kena TB sakit, tapi tanpa TPT risiko TB aktifnya besar. Jadi, kalau anak terinfeksi TB akan berisiko jadi TB aktif."
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT): Perisai untuk Anak
Gejala TBC pada anak seringkali tidak spesifik. Beberapa anak mungkin mengalami demam berkepanjangan dan berat badan yang tidak kunjung naik, sementara yang lain mungkin sama sekali tidak menunjukkan gejala. Inilah mengapa TPT sangat penting. TPT diberikan untuk mencegah perkembangan infeksi laten menjadi TBC aktif. Program ini melibatkan pemberian obat seminggu sekali selama tiga atau enam bulan, dan layanan ini tersedia di berbagai fasilitas kesehatan, termasuk puskesmas.
Dr. Dian memastikan keamanan TPT pada anak, asalkan dosis obat tepat dan disertai kontrol rutin untuk memantau efek samping. "Orang tua kadang juga takut efek samping obat. Kalau obat ada efek samping. Selama pemberian (obat) sesuai dosis dan kontrol sesuai waktunya insya Allah aman. Ini sebagai pencegahan agar tidak menjadi sakit dan agar sembuh," jelasnya. Penting untuk diingat bahwa pengawasan medis rutin sangat penting untuk memastikan keberhasilan terapi dan mendeteksi dini potensi efek samping.
Selain TPT, peran orang tua dan lingkungan juga sangat penting. Penderita TBC aktif harus disiplin dalam mengonsumsi obat hingga sembuh total. Mereka juga disarankan untuk selalu menggunakan masker saat berada di dekat anak-anak, serta menerapkan etika batuk dan bersin yang baik. Menutup mulut dan hidung dengan tisu atau lengan atas saat batuk atau bersin sangat dianjurkan untuk mencegah penyebaran bakteri.
Pencegahan TBC pada Anak: Peran Orang Tua dan Masyarakat
Pencegahan TBC pada anak-anak merupakan tanggung jawab bersama. Orang tua perlu aktif dalam memantau kesehatan anak dan segera berkonsultasi dengan dokter jika terdapat gejala yang mencurigakan. Selain itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan TBC dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk memutus rantai penularan. Partisipasi aktif dalam program skrining dan vaksinasi juga sangat dianjurkan.
Dengan kombinasi TPT, pengobatan yang tepat bagi penderita TBC aktif, serta kesadaran masyarakat, kita dapat melindungi anak-anak Indonesia dari ancaman TBC dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman bagi generasi penerus bangsa.
Penting untuk diingat bahwa informasi di atas bersifat edukatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti konsultasi medis profesional. Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang TBC, segera konsultasikan dengan dokter atau tenaga kesehatan untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.