Menkominfo: Literasi Digital Harus Seimbang dengan Aktivitas Fisik untuk Cegah Brainrot
Menkominfo Meutya Hafid menekankan pentingnya literasi digital dan aktivitas fisik yang seimbang untuk mencegah penurunan kualitas mental akibat konsumsi konten digital rendah, serta mendorong kolaborasi dalam membangun ekosistem digital yang sehat.
Jakarta, 21 Februari 2024 - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Meutya Hafid, menyoroti pentingnya keseimbangan antara literasi digital dan aktivitas fisik untuk menanggulangi dampak negatif dari konsumsi konten digital yang berlebihan dan berkualitas rendah, yang dikenal sebagai brainrot. Pernyataan ini disampaikan dalam kunjungannya ke Universitas Gadah Mada (UGM) pada Kamis (20/2) dalam rangka Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Rr. Siti Murtiningsih, S.Hum, di Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta. Beliau menekankan urgensi upaya pencegahan brainrot melalui literasi digital yang baik dan aktivitas fisik yang cukup.
Dalam keterangan resminya, Meutya Hafid menyatakan, "Kita harus bijak dalam menggunakan teknologi. Ketergantungan berlebihan terhadap gadget dan derasnya arus informasi dapat berdampak negatif pada kualitas mental." Ia mengajak generasi muda untuk lebih bijak dalam mengelola penggunaan ruang digital dengan menyeimbangkan konsumsi digital dengan aktivitas produktif seperti membaca dan bersosialisasi. Hal ini penting untuk mencegah dampak negatif dari paparan informasi digital yang berlebihan dan tidak terkontrol.
Menkominfo juga menekankan peran pendidikan dan literasi digital sebagai kunci utama dalam mengatasi dampak negatif era digital. Ia mendorong institusi pendidikan untuk aktif membentuk kebiasaan sehat dalam berinteraksi dengan teknologi. "Dengan literasi digital yang baik, kita bisa menghindari dampak buruk dari informasi yang berlebihan dan tak terkendali. Saya mengajak seluruh sivitas akademika UGM dan generasi muda lainnya untuk berkontribusi dalam menciptakan ruang digital yang sehat, aman, dan produktif," tambahnya.
Literasi Digital dan Aktivitas Fisik: Kunci Generasi Emas Indonesia
Meutya Hafid juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam membangun ekosistem digital yang mendukung Generasi Emas Indonesia yang cerdas, sehat, dan unggul. Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan digital yang positif dan produktif bagi seluruh lapisan masyarakat.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa literasi digital yang memadai akan membantu individu untuk menyaring informasi, mengidentifikasi informasi yang valid dan akurat, serta menghindari penyebaran informasi yang menyesatkan. Selain itu, aktivitas fisik yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, sehingga dapat menyeimbangkan dampak negatif dari penggunaan teknologi digital yang berlebihan.
Dalam konteks ini, pentingnya aktivitas fisik sebagai penyeimbang konsumsi digital juga diangkat. Aktivitas fisik tidak hanya menjaga kesehatan jasmani, tetapi juga membantu meningkatkan konsentrasi dan fokus, sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari paparan digital yang berlebihan.
Era Kecerdasan Buatan dan Filsafat Pendidikan
Pada kesempatan yang sama, Prof. Dr. Rr. Siti Murtiningsih, S.Hum., menyampaikan pidato bertajuk “Mendidik Manusia Bersama Mesin: Filsafat dan Pendidikan di Era Kecerdasan Buatan”. Ia mengajak masyarakat untuk bersikap reflektif terhadap peran kecerdasan buatan (AI) dalam dunia pendidikan abad ke-21.
Siti Murtiningsih menekankan bahwa pendidikan sejati bertujuan membentuk kualitas diri yang unggul melalui pemahaman dan pengetahuan. Meskipun AI dapat menyimpan dan menyajikan informasi, harapan serta nilai-nilai luhur tetap menjadi ranah manusia. Ia juga menekankan pentingnya menempatkan teknologi sebagai alat bantu, bukan pengganti peran pendidik dalam membentuk karakter dan pemahaman siswa.
Baik Menkominfo Meutya Hafid maupun Prof. Dr. Siti Murtiningsih sepakat bahwa kolaborasi antara manusia dan mesin harus diarahkan untuk meningkatkan kreativitas dan kecerdasan manusia. Teknologi seharusnya tidak hanya menjadi penyedia informasi, tetapi juga harus tetap berorientasi pada nilai, pemahaman yang mendalam, serta pengembangan karakter.
Kesimpulannya, upaya membangun generasi emas Indonesia membutuhkan pendekatan holistik yang menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan pengembangan kualitas manusia secara menyeluruh. Literasi digital yang baik diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup, serta pemahaman filosofis tentang peran teknologi dalam pendidikan, menjadi kunci dalam menghadapi tantangan era digital.