Perajin Tenun Butuh Pendampingan Pemerintah untuk Tingkatkan Produksi dan Pasar
Cita Tenun Indonesia (CTI) meminta pemerintah memberikan pendampingan kepada perajin tenun untuk meningkatkan produksi dan perluasan pasar, karena masih menghadapi kendala produksi dan pemasaran.
Jakarta, 24 Februari 2024 - Cita Tenun Indonesia (CTI) menyerukan dukungan pemerintah berupa pendampingan bagi perajin tenun di seluruh Indonesia. Perajin menghadapi tantangan signifikan dalam meningkatkan produksi dan memperluas jangkauan pasar, demikian disampaikan pengurus CTI Bidang Pengendali Mutu, Sjamsidar Isa, usai konferensi pers di Jakarta.
Menurut Sjamsidar, yang akrab disapa Tjammy, produksi kain tenun masih sangat bergantung pada kebutuhan adat istiadat setempat. Hal ini membatasi kreativitas dan inovasi, sehingga para perajin kesulitan memasuki pasar yang lebih luas dan modern. Keterbatasan pengetahuan mengenai tren warna dan desain fesyen terkini juga menjadi hambatan besar.
"Kegiatan produksi kain tenun di daerah masih banyak bergantung pada keperluan adat dan para perajin masih kesulitan memperluas jangkauan pasar." Ungkap Tjammy. Ia menambahkan bahwa perubahan pola pikir perajin juga merupakan tantangan tersendiri, karena kebiasaan turun-temurun yang telah berlangsung lama sulit diubah dalam waktu singkat.
Tantangan Pemasaran dan Kebutuhan Pendampingan
Tjammy menjelaskan bahwa para perajin tenun seringkali kurang memahami strategi pemasaran yang efektif. Mereka membutuhkan bimbingan dalam hal manajemen produksi, promosi, dan pengembangan produk agar lebih kompetitif di pasar. "Kita juga harus mengajarkan ke mereka manajemen produksinya, bagaimana promosinya," ujarnya.
Pemerintah, menurut Tjammy, memiliki peran krusial dalam memberikan pembinaan dan pendampingan yang komprehensif. Pendampingan ini tidak hanya mencakup aspek teknis produksi, tetapi juga meliputi pelatihan manajemen usaha, pemasaran, dan akses ke pasar yang lebih luas. Dengan demikian, para perajin dapat meningkatkan kualitas produk dan daya saingnya.
Salah satu strategi yang diusulkan adalah mengemas usaha kerajinan tenun sedemikian rupa sehingga dapat menarik minat wisatawan. "Para perajin tenun bisa mendapatkan lebih banyak keuntungan kalau kegiatan usaha kerajinan dikemas sedemikian rupa untuk menarik kunjungan wisatawan," kata Tjammy. Ia mencontohkan potensi pariwisata di Sambas yang dapat menarik wisatawan dari Sarawak dan Brunei, mengingat popularitas songket di kawasan tersebut.
Pendampingan CTI dan Harapan untuk Masa Depan
Sejak berdiri pada tahun 2008, CTI telah aktif memberikan pendampingan kepada perajin tenun di 28 kabupaten di 18 provinsi. Namun, upaya ini masih perlu ditingkatkan dan diperluas dengan dukungan penuh dari pemerintah. Pendampingan yang berkelanjutan dan terintegrasi sangat penting untuk memastikan keberlanjutan usaha kerajinan tenun dan meningkatkan kesejahteraan para perajin.
CTI berharap pemerintah dapat mengalokasikan sumber daya yang lebih besar untuk program pendampingan perajin tenun. Hal ini termasuk penyediaan pelatihan, akses teknologi, dan bantuan pemasaran. Dengan demikian, perajin tenun Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya di pasar domestik maupun internasional dan mengharumkan nama Indonesia melalui produk-produk kerajinan berkualitas tinggi.
Lebih lanjut, peningkatan akses terhadap informasi mengenai tren terkini dalam dunia fesyen juga sangat penting. Dengan pengetahuan yang memadai, para perajin dapat menciptakan produk yang sesuai dengan permintaan pasar dan lebih mudah diterima oleh konsumen. Hal ini akan berdampak positif pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan perajin.
Kesimpulannya, pendampingan pemerintah sangat krusial untuk keberhasilan perajin tenun Indonesia. Dengan dukungan yang tepat, perajin dapat meningkatkan kualitas produk, memperluas pasar, dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Semoga pemerintah dapat memberikan perhatian serius terhadap hal ini.