1.746 Kasus TBC Ditemukan di Kota Tangerang Sepanjang 2025, Dinkes Lakukan Berbagai Upaya Penanggulangan
Dinas Kesehatan Kota Tangerang berhasil menemukan 1.746 kasus TBC pada tahun 2025 dan menerapkan berbagai inovasi untuk penanggulangannya, termasuk skrining mandiri dan kolaborasi antar instansi.

Kota Tangerang, Banten, mencatat angka signifikan kasus tuberkulosis (TBC) pada tahun 2025. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang melaporkan telah menemukan 1.746 kasus positif TBC hingga akhir tahun 2025, dan seluruhnya kini tengah dalam proses penanganan intensif. Penemuan ini menyoroti pentingnya upaya pencegahan dan pengobatan TBC di wilayah tersebut.
Kepala Dinkes Kota Tangerang, Dini Anggraeni, menjelaskan strategi utama penanggulangan TBC meliputi deteksi dini kasus sebanyak mungkin, memutus rantai penularan, dan memastikan pengobatan pasien hingga tuntas. "Upaya pertama penanggulangan TBC adalah mencari kasus sebanyak mungkin, memutus rantai penularannya dan obati pasien sampai tuntas," ungkap Dini dalam keterangannya di Tangerang, Senin (10/3).
Berbagai inovasi telah diterapkan Dinkes Kota Tangerang untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah program 'Ransel TBC', yang memungkinkan masyarakat melakukan skrining mandiri untuk mendeteksi gejala-gejala TBC. Jika diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, pasien akan dirujuk ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan yang lebih komprehensif.
Inovasi dan Kolaborasi dalam Penanggulangan TBC
Dinkes Kota Tangerang tidak hanya mengandalkan skrining mandiri. Mereka juga aktif melakukan pencarian kasus melalui puskesmas-puskesmas dengan menggunakan teknologi rontgen mobile. Hal ini memungkinkan petugas kesehatan menjangkau masyarakat di berbagai wilayah, termasuk daerah terpencil, untuk mendeteksi kasus TBC secara lebih efektif.
Kota Tangerang juga telah meningkatkan kapasitas deteksi TBC dengan menyediakan 16 laboratorium tes cepat molekuler (TCM). TCM memungkinkan diagnosis TBC yang lebih akurat dan cepat. "Pemkot Tangerang telah memiliki 16 laboratorium tes cepat molekuler (TCM) untuk mendeteksi TBC dengan diagnosis pasti dan terus kami upayakan penambahan unit setiap tahunnya," jelas Dini.
Lebih lanjut, Dinkes Kota Tangerang juga berkolaborasi dengan Dinas Perumahan Permukiman dan Pertanahan untuk memperbaiki rumah tidak layak huni milik pasien TBC. Perbaikan difokuskan pada aspek sanitasi dan sirkulasi udara untuk mencegah penyebaran penyakit.
Pemantauan dan Edukasi Masyarakat
Untuk memantau pengobatan pasien TBC, Pemkot Tangerang memanfaatkan aplikasi Sistem Informasi TB (SITB) milik Kementerian Kesehatan RI. Aplikasi ini memungkinkan pemantauan pengobatan pasien secara real-time, termasuk jika pasien berpindah domisili. Hal ini memastikan kelancaran pengobatan dan mencegah pengobatan terputus.
Dinkes juga melibatkan kader Asmara TBC untuk membantu petugas puskesmas dalam menelusuri kontak pasien TBC dan memastikan pengobatan tuntas. "Para kader akan melakukan tracing dan memastikan para pasien TBC meminum obatnya hingga tuntas. Sebab, apabila pengobatan tidak tuntas maka pasien akan resisten obat dan proses penyembuhan lebih lama dari kasus TBC ringan," tambah Dini.
Dini Anggraeni juga menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri jika mengalami gejala TBC. "Diharapkan, masyarakat Kota Tangerang untuk tidak ragu dan tidak takut untuk memeriksakan atau melaporkan kondisi kesehatan apabila memiliki gejala TBC. Sehingga, tidak menularkan kepada keluarga dan lingkungan sekitar," pesannya.
Ia menambahkan, "Jangan ragu dan jangan takut untuk melaporkan kondisi kesehatan. Tidak perlu khawatir karena TBC dapat disembuhkan melalui pengobatan selama 6 bulan secara tuntas. Tetap jaga kesehatan diri, kesehatan lingkungan, kebersihan rumah dan terus terapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari." Dinkes Kota Tangerang berkomitmen untuk terus meningkatkan upaya penanggulangan TBC demi mewujudkan Kota Tangerang yang sehat dan bebas TBC.
Sebagai tambahan informasi, pada tahun 2024, Dinkes Kota Tangerang telah berhasil memberikan tata laksana pengobatan kepada 13.382 kasus TBC, atau sekitar 92 persen dari total 14.687 kasus akumulasi.