Dinkes Tangerang Canangkan Pencarian Kasus TBC Selama Setahun: Kolaborasi Lintas Sektor Jadi Kunci
Dinas Kesehatan Kota Tangerang meluncurkan program pencarian kasus TBC selama setahun penuh, melibatkan aplikasi Ransel TBC, pemeriksaan mobile, dan kolaborasi lintas sektor untuk eliminasi penyakit.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang, Banten, resmi meluncurkan program Active Case Finding (ACF) atau pencarian aktif kasus Tuberkulosis (TBC) selama satu tahun penuh. Program yang dicanangkan pada Minggu, 23 Maret 2024 ini bertujuan untuk mendeteksi dan menangani sebanyak mungkin kasus TBC di Kota Tangerang. Inisiatif ini melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat, sekolah, dan instansi pemerintah lainnya.
Kepala Dinkes Kota Tangerang, dr. Dini Anggraeni, menjelaskan bahwa Pemkot Tangerang telah menyediakan aplikasi Ransel TBC untuk memfasilitasi skrining mandiri oleh masyarakat. Petugas kesehatan juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan kepada individu yang dicurigai terinfeksi TBC menggunakan rontgen mobile dan Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk memastikan diagnosis. "Jika ditemukan positif, maka akan dilakukan pengobatan hingga sembuh," tegas dr. Dini.
Langkah-langkah penanganan TBC tidak berhenti pada diagnosis. Dr. Dini menambahkan bahwa tracing kontak erat juga menjadi bagian penting dari program ini untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Kolaborasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, seperti Dinas Pendidikan dan Dinas Perumahan Permukiman dan Pertanahan, juga menjadi kunci keberhasilan program ini.
Deteksi Dini di Sekolah dan Bantuan untuk Penderita Tidak Mampu
Aplikasi Ransel TBC akan dimaksimalkan penggunaannya di sekolah-sekolah untuk mendeteksi dini potensi kasus TBC pada anak-anak. Kolaborasi dengan Dinas Pendidikan sangat krusial dalam tahap ini. Selain itu, Dinkes Kota Tangerang juga berkolaborasi dengan Dinas Perumahan Permukiman dan Pertanahan untuk membantu penderita TBC yang tidak mampu melalui program bedah rumah tidak layak huni.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan sirkulasi udara dan sanitasi rumah sehingga lebih mendukung proses penyembuhan. Bantuan makanan bergizi juga akan diberikan kepada penderita TBC yang kurang mampu. "Sehingga, sirkulasi udara dan sanitasi rumahnya baik. Serta bantuan makanan bergizi bagi penderita TBC yang tidak mampu," ujar dr. Dini.
Program ini menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Tidak hanya sektor kesehatan yang terlibat, tetapi juga sektor lingkungan, sosial ekonomi, dan peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan eliminasi TBC.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Eliminasi TBC
Upaya eliminasi TBC di Kota Tangerang membutuhkan komitmen dan kerja sama dari berbagai pihak. Dr. Dini berharap program ACF ini dapat menurunkan angka prevalensi TBC secara signifikan. "Kami harap, upaya yang kami lakukan dapat menurunkan angka prevalensi TBC, dan tidak hanya di urusan kesehatan saja tetapi juga kolaborasi dalam lintas sektor seperti lingkungan, sosial ekonomi, dan keterlibatan masyarakat dalam menurunkan angka TBC," katanya.
Dengan melibatkan teknologi (aplikasi Ransel TBC), pemeriksaan mobile, dan kolaborasi lintas sektor, program ini diharapkan dapat menjangkau lebih banyak individu dan memberikan pengobatan yang tepat waktu kepada penderita TBC. Hal ini penting untuk mencegah penyebaran penyakit dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kota Tangerang.
Langkah-langkah yang dilakukan Dinkes Kota Tangerang ini menunjukkan komitmen yang kuat dalam upaya eliminasi TBC. Kolaborasi yang erat antara berbagai pihak, termasuk masyarakat, menjadi kunci keberhasilan program ini dalam menurunkan angka prevalensi TBC dan meningkatkan kesehatan masyarakat Kota Tangerang.