180.000 Jamaah Shalat Tarawih di Al-Aqsa, Hadapi Pembatasan Israel
Meskipun pembatasan akses ketat dari Israel, sekitar 180.000 jamaah Muslim tetap melaksanakan shalat Tarawih di Masjid Al-Aqsa untuk memperingati Lailatul Qadar.

Sekitar 180.000 jamaah Muslim melaksanakan shalat Tarawih di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, pada Rabu (26/3), meskipun menghadapi pembatasan akses ketat yang diberlakukan oleh Israel. Peristiwa ini terjadi menjelang peringatan Lailatul Qadar, malam paling suci dalam Islam, yang dipercaya sebagai malam diturunkannya Al-Qur'an. Peristiwa ini terjadi di tengah ketegangan politik yang tinggi antara Palestina dan Israel.
Departemen Wakaf Islam Yerusalem melaporkan jumlah jamaah yang signifikan tersebut dalam sebuah pernyataan singkat. Mereka menyebutkan bahwa sekitar 180.000 jamaah melaksanakan shalat Isya dan Tarawih di Masjid Al-Aqsa sebagai persiapan untuk memperingati Lailatul Qadar. Keberhasilan pelaksanaan shalat Tarawih ini terjadi meskipun otoritas Israel mengubah Yerusalem menjadi zona militer dan memberlakukan pembatasan ketat akses bagi warga Palestina.
Peristiwa ini menunjukkan tekad kuat umat Muslim Palestina untuk tetap menjalankan ibadah meskipun menghadapi tantangan dan hambatan yang signifikan. Kehadiran jamaah dalam jumlah besar ini juga menjadi simbol penting dari ketahanan dan spiritualitas umat Muslim di tengah situasi politik yang kompleks dan penuh tekanan.
Pembatasan Akses dan Keberhasilan Jamaah Mencapai Al-Aqsa
Pemerintah Israel memberlakukan pembatasan akses yang ketat, melarang warga Palestina dari Tepi Barat yang berusia di bawah 55 tahun (pria) dan di bawah 50 tahun (wanita) untuk memasuki Yerusalem. Hal ini menyebabkan banyak jamaah Palestina terhalang untuk mencapai Masjid Al-Aqsa. Namun, berkat upaya dan tekad yang kuat, ratusan bus dari berbagai kota dan desa Arab di dalam Israel berhasil mengantarkan jamaah ke Masjid Al-Aqsa untuk melaksanakan ibadah.
Meskipun demikian, Pusat Informasi Wadi Hilweh, sebuah kelompok HAM lokal di Yerusalem, melaporkan bahwa sejumlah orang yang dilarang memasuki Al-Aqsa tetap melaksanakan shalat Isya dan Tarawih di luar gerbang masjid. Hal ini menunjukkan bahwa semangat menjalankan ibadah tetap menyala di hati umat Muslim Palestina, bahkan di tengah pembatasan yang diberlakukan.
Laporan dari kantor berita resmi Palestina, WAFA, juga menguatkan informasi mengenai pembatasan akses yang dilakukan oleh otoritas Israel. Ribuan warga Palestina dicegah memasuki Yerusalem melalui pos pemeriksaan Qalandiya dan pos pemeriksaan ‘300’, meskipun telah berupaya untuk mencapai Masjid Al-Aqsa guna memperingati Lailatul Qadar.
Makna Lailatul Qadar dan Ketegangan di Tepi Barat
Malam ke-27 Ramadhan memiliki makna spiritual yang sangat penting bagi umat Muslim. Malam ini dipercaya sebagai Lailatul Qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Para jamaah biasanya menghabiskan malam ini dengan ibadah dan doa, mulai dari setelah shalat Isya hingga adzan Subuh.
Sayangnya, peristiwa ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Tepi Barat. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sejak dimulainya perang Gaza pada 7 Oktober 2023, setidaknya 938 warga Palestina telah tewas dan hampir 7.000 lainnya terluka akibat serangan oleh tentara Israel dan pemukim ilegal. Situasi ini semakin memperumit upaya jamaah untuk mencapai Masjid Al-Aqsa dan menjalankan ibadah dengan tenang.
Keputusan Mahkamah Internasional pada Juli lalu yang menyatakan ilegalnya pendudukan Israel atas wilayah Palestina semakin menambah kompleksitas situasi ini. Mahkamah juga menyerukan pengosongan semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Namun, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda penyelesaian konflik yang berkelanjutan.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, sekitar 180.000 jamaah tetap berhasil melaksanakan shalat Tarawih di Masjid Al-Aqsa. Keberhasilan ini menjadi bukti keteguhan iman dan tekad umat Muslim Palestina dalam menjalankan ibadah, serta menjadi simbol perlawanan terhadap pembatasan dan tekanan yang mereka hadapi.