Antam Tetap Solid Meski LG Mundur dari Proyek Baterai EV
Analis menilai bisnis nikel Antam tetap prospektif meskipun LG Energy Solution mundur dari proyek ekosistem baterai kendaraan listrik, didukung proyek kerjasama dengan perusahaan Tiongkok dan pasokan emas dari Freeport.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, Bagaimana? PT Aneka Tambang Tbk (Antam) tetap menunjukkan kinerja bisnis nikel yang solid meskipun LG Energy Solution (LGES) menarik diri dari proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh analis Panin Sekuritas, Andhika Audrey, pada Jumat, 25 April 2023 di Jakarta. Keberlanjutan proyek hilirisasi baterai EV tetap menjadi peluang besar bagi Antam, karena Antam masih bermitra dengan Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL), anak usaha CATL. Mundurnya LGES dari skema Indonesia Grand Package tidak menghentikan proyek ini, karena pemerintah memastikan proyek tersebut tetap berjalan dengan mitra strategis baru dari Tiongkok.
Meskipun LGES mundur, proyek hilirisasi nikel Antam tetap menjanjikan karena nilai tambah dari hilirisasi nikel menjadi baterai akan berdampak positif terhadap valuasi jangka panjang perusahaan. Pemerintah juga telah memastikan bahwa program hilirisasi nikel akan terus berlanjut, memberikan dukungan kuat bagi Antam.
Panin Sekuritas bahkan menaikkan target harga saham ANTM dari Rp1.700 menjadi Rp2.300, didorong oleh kinerja emas yang kuat dan pasokan emas 30 ton per tahun dari Freeport mulai 2025 tanpa beban premium atau PPh impor. Hal ini dianggap sebagai game changer bagi margin dan struktur biaya Antam.
Prospek Positif Bisnis Nikel Antam
Andhika Audrey menjelaskan bahwa nilai tambah dari hilirisasi nikel menjadi baterai akan berdampak positif terhadap valuasi jangka panjang Antam. Hal ini diperkuat oleh Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan (Pushep), Bisman Bakhtiar, yang menyatakan bahwa mundurnya LGES merupakan dinamika bisnis biasa dan seharusnya tidak menghambat proyek strategis hilirisasi nikel.
Bisman menambahkan bahwa Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, sehingga bisnis Antam dalam hilirisasi baterai tetap prospektif. Meskipun harga nikel saat ini sedang menurun, potensi keuntungan jangka panjang masih sangat besar jika hilirisasi berhasil.
Pemerintah juga telah menegaskan komitmennya terhadap proyek ekosistem baterai EV senilai 9,8 miliar dolar AS. Meskipun LGES mundur, proyek tersebut tetap berjalan dengan mitra strategis baru dari Tiongkok, menggantikan peran LGES dalam beberapa joint venture (JV).
Penggantian Mitra Strategis dan Dukungan Pemerintah
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, memastikan bahwa struktur proyek ekosistem baterai EV tetap solid dan tidak mengalami perubahan mendasar. Perubahan hanya terjadi pada susunan mitra investasi dalam beberapa joint venture (JV). LGES tidak lagi melanjutkan keterlibatan pada JV 1, 2, dan 3, tetapi telah digantikan oleh mitra strategis dari Tiongkok, yaitu Huayou, bersama BUMN Indonesia.
Dengan demikian, proyek Grand Package tetap sesuai rencana awal. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah yang kuat dalam mendukung hilirisasi nikel dan pengembangan industri baterai EV di Indonesia.
Pasokan emas dari Freeport mulai 2025 juga menjadi faktor pendukung bagi kinerja Antam. Pasokan 30 ton emas tanpa beban premium atau PPh impor akan meningkatkan margin dan memperbaiki struktur biaya perusahaan.
Kesimpulannya, meskipun LGES mundur, prospek bisnis nikel Antam tetap kuat berkat dukungan pemerintah, kerjasama dengan mitra strategis baru, dan tambahan pasokan emas dari Freeport. Hilirisasi nikel tetap menjadi peluang strategis bagi Antam untuk pertumbuhan jangka panjang.